Thursday 23 January 2014

Posted by Unknown
2 comments | 05:00
A.  Pengertian Ujian Terstandarisasi dan Cara Penggunaannya
            Istilah terstandarisasi menggambarkan ujian yang seragam dalam isi, penyelenggaraan, dan penilaian. Oleh karena itu, dimungkinkan perbandingan hasilnya di seluruh ruang kelas, sekolah, dan distrik sekolah. Ujian terstandarisasi seperti SAT dan CTBS mengukur kinerja atau kemampuan masing-masing siswa terhadap standar atau norma yang telah ditentukan untuk banyak siswa lain di distrik sekolah, negara bagian atau bangsa yang menjadi sasaran penyusunan masing-masing ujian. Nilai ujian terstandarisasi digunakan untuk pemilihan dan penempatan, seperti kenaikan kelas atau penerimaan di perguruan tinggi; untuk diagnosis dan perbaikan, untuk evaluasi kemahiran dan kemajuan siswa dalam bidang muatan pelajaran; dan untuk evaluasi strategi pengajaran, guru, dan sekolah.
            Pengertian tes standar secara sempit adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan secara profesional. Tes tersebut diketahui memenuhi syarat sebagai tes yang baik. Tes ini dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama, dapat diterapkan pada beberapa obyek mencakup wilayah yang luas. Untuk mengukur validitas dan realitasnya telah di uji-cobakan beberapa kali sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
            Di antara tes prestasi yang digunakan di sekolah ada yang dinamakan tes prestasi standar. Dalam salah satu  kamus, arti kata ”standar” adalah: A degree of level of requirement, excellence, or attainment.
            Standar untuk siswa dapat dimaksudkan sebagai suatu tingkat kemampuan yang harus dimiliki bagi suatu program tertentu. Mungkin standar bagi suatu kursus A berbeda dengan B. Jadi standar ini dapat dibuat “keras” maupun “lunak” tergantung dari yang mempunyai  kebijaksanaan.
            Suatu tes standar dengan demikian berbeda dengan tes prestasi biasa.Prosedur yang digunakan untuk menyusun tes standar untuk tes prestasi melalui cara langsung yang ditumbuhkan dari tes yang digunakan di kelas. Sedangkan spesifikasi yang digunakan untuk menentukan isi dalam tes bakat biasanya didasarkan atas analisis job (jabatan) atau analisis tugas yang merupakan tuntutan calon pekerjaannya. Disamping itu juga mempertimbangkan sifat-sifat yang ada pada manusia. Analisis jabatan analisis tugas yang dilakukan biasanya tidak tidak didasarkan atas satu kurikulum, tetapi diambil dari masyarakat.
            Istilah “standar” dalam tes dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan dengan menggunakan petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula. Dengan demikian maka seolah-olah ada suatu standar atau ukuran sehingga diperoleh suatu standar penampilan (performance) dan penampilan kelompok lain dapat dibandingkan dengan penampilan kelompok standar tersebut.
            Istilah “standar” tidak mengandung arti bahwa tes tersebut mengukur apa yang harus dan dapat diajarkan pada suatu tingkat tertentu atau bahwa tes itu menyiapkan suatu standar prestasi dimana siswa harus dan dapat mencapai suatu tingkat tertentu. Sekali lagi, tes standar dipolakan untuk penampilan prestasi sekarang (yang ada) yang dilaksanakan secara seragam, diusahakan dalam kondisi yang seragam, baik itu diberikan kepada siswa dalam pelaksanaan perseorangan maupun siswa sebagai anggota dari suatu kelompok.

B.  Jenis Ujian Terstandarisasi yang Diberikan
Ujian bakat seperti ujian kecerdasan umum dan ujian multifaktor memperkirakan kemampuan umum siswa dan kesiapannya untuk belajar. Ujian IQ yang diberikan kepada perorangan atau kelompok mencoba untuk mengukur kecerdasan masing-masing dalam wilayah kognitif. Ujian pencapaian menilai kemahiran siswa dalam berbagai mata pelajaran. Ujian diagnostik difokuskan pada mata pelajaran tertentu untuk menyingkap kekuatan dan kelemahan penguasaan. Ujian acuan norma menafsirkan nilai berdasarkan kriteria kinerja yang sudah tetap.
Tiga jenis ujian terstandarisasi umumnya digunakan dalam lingkungan sekolah adalah ujian kecerdasan, ujian pencapaian acuan norma, dan ujian pencapaian acuan kriteria ( Aiken, 2003; popham , 2005).
Ujian kecerdasan (aptitude test) dirancang untuk menilai kemampuan siswa. Itu berarti memperkirakan kemampuan siswa mempelajari atau melakukan jenis tugas tertentu alih-alih mengukur berapa banyak telah dipelajari siswa. Apabila ujian kecerdasan difokuskan pada potensi pembelajaran dan pengetahuan umum yang diperoleh di sekolah dan di luar, ujian pencapaian difokuskan pada keterampilan atau kemampuan yang secara tradisional diajarkan di sekolah.
Ujian acuan kriteria berbeda dari ujian terstandarisasi acuan norma dalam beberapa hal (Aiken,2003). Soal-soal dalam ujian tersebut dipilih untuk menyesuaikan dengan sasaran pengajaran spesifik, sering dengan tiga hingga lima soal yang mengukur masing-masing sasaran. Karena itu, ujian tersebut dapat menunjukkan sasaran mana telah dikuasai masing-masing siswa atau kelas tersebut secara keseluruhan. Ujian acuan kriteria berbeda dari ujian pencapaian lain dalam hal bagaimana ujian tersebut dinilai dan bagaimana hasilnya ditafsirkan. Rapor nilai untuk ujian acuan kriteria sering berbentuk jumlah soal yang dikerjakan siswa dengan benar dalam masing-masing sasaran. Dari data ini,guru dapat mengukur apakah siswa tersebut telah menguasai sasaran tadi.

C.  Cara Menafsirkan Ujian Terstandarisasi
            Nilai yang berasal dari nilai mentah meliputi persentil, yaitu persentase nilai dalam kelompok norma yang berada di bawah nilai tertentu; ekuivalen kelas, yaitu kelas dan bulan di mana nilai tertentu dianggap melambangkan kinerja khas; dan nilai standar, yaitu kinerja siswa dalam kaitannya dengan pendistribusian nilai normal. Nilai standar meliputi stanine (yang didasarkan pada deviasi standar nilai), ekuivalen kurva normal (yang didasarkan pada perbandingan nilai dengan pendistribusian normal), dan nilai-z (keberadaan nilai di atas atau di bawah nilai tengah).
            Setelah siswa mengikuti ujian berstandarisasi, biasanya ujian tersebut dikirimkan untuk dinilai dengan komputer ke kantor pusat atau penerbit ujian tersebut. Nilai mentah siswa di ubah menjadi satu nilai yaitu seperti presentil, ekuivalen kelas, atau ekuivalen kurva normal yang menghubungkan nilai siswa tersebut dengan nilai kelompok yang menjadi norma ujian tersebut dipatok.
Nilai Presentil
            Nilai presentil (Percentile Score) atau yang sering disingkat dengan %ILE menunjukkan presentasi siswa dalam kelompok norma yang memperoleh nilai yang lebih rendah dari pada nilai tertentu. Misalnya saja jika seorang siswa mencapai median kelompok norma tersebut maka siswa tersebut akan mendapatkan presentil 50% karena nilainya melebihi 50% dari nilai orang-orang lain dalam sekelompok norma tersebut.
Nilai Ekuivalen Kelas
            Menghubungkan nilai siswa dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tingkat tertentu atau nilai standar yang menghubungkan nilai mentah siswa dengan nilai rata-rata yang diperoleh kelompok norma pada tingkatan kelas yang berbeda.
Nilai Standar
            Beberapa jenis nilai menggambarkan hasil ujian sesuai dengan kedudukannya dalam kurva normal. Kurva normal menggambarkan pendistribusian nilai di mana kebanyakan masuk dekat pertengahan atau rata-rata dengan jumlah nilai yang lebih kecil secara simetris tampak kalau kita makin jauh ke atas atau ke bawah pertengahan tersebut.
Deviasi Standar
            Salah satu konsep penting yang terkai dengan pendistribusian normal ialah deviasi standar (standart deviation) ukuran penyebaran nilai. Deviasi standar secara kasar ialah jumlah rata-rata nilai yang berbeda dengan nilai tengah. Misalnya pertimbangkan saja kedua kelompok ini

D.  Masalah terkait Ujian Terstandarisasi dan Ujian Ruang Kelas
            Ujian dan soal-soal ujian harus mempunyai validitas, yaitu kualitas ujian yang dimaksudkan untuk diujikan. Validitas prediktif berarti bahwa ujian tersebut dengan tepat memperkirakan kinerja pada masa depan. Kehandalan berarti bahwa hasil ujian tidak berubah ketika ujian diberikan di tempat atau pada waktu yang berbeda. Ketidakadilan ujian dalam setiap bentuknya membahayakan validitas. Masalah-masalah lain yang terkait dengan ujian terstandarisasi meliputi etika materi ujian, persiapan siswa untuk menghadapi ujian, penggunaan nilai ujian, hubungan ujian dengan kurikulum, dan penyelenggaraan ujian dengan komputer.

E.  Akuntabilitas Pengajar atas Pencapaian Siswa

Pendidik semakin bertanggung jawab atas pencapaian siswa. Nilai ujian sering digunakan dalam pembuatan keputusan mengenai pekerjaan, pemecatan, dan promosi pendidik. Kritikus mengatakan bahwa membuat giri bertanggung jawab atas perolehan siswa tidak adil karena adanya titik awal siswa yang berbeda dan dapat mendorong pengajaran yang berdasarkan ujian atau penerapan kebijakan yang secara palsu menaikkan nilai terstandarisasi. Salah satu manfaat akuntabilitas yaitu dapat meningkatkan tekanan pada sekolah untuk memusatkan perhatian pada siswa yang mungkin justru terabaikan. Karena ujian akuntabilitas berdasarkan standar mengenai apa yang harus dipelajari, maka ujian ini dapat membantu mengklarifikasi sasaran pembelajaran.

2 comments:

Jangan lupa komentar anda.
Komentar anda sangat dibutuhkan, untuk meningkatkan kualitas postingan kami .

Please Follow Me !!!

×

Powered By Blogger Widget and Get This Widget