Friday 31 January 2014

Posted by Unknown
8 comments | 00:35
Oke, baiklah kali ini saya akan membagikan sekaligus memperkenalkan buat anda semua apa itu Software Translator Dicter. Dicter adalah salah satu software translator yang penggunaannya masih menggunakan internet akan tetapi terjemahannya sudah mencangkup keseluruhan (sama dengan google translate). Dan software ini juga dapat menterjemah ke semua bahasa.
Dicter ini juga memiliki kekurangan dan kelebihan:

KELEBIHAN
1. Anda dapat mendengarkan teks terjemahan atau copy ke clipboard.
2. Versi baru ini  di lengkapi dengan advanced mode, jadi anda tidak perlu susah-susah dalam mengcopy+paste tulisan ke clipboard.
3. Lihat lebih lanjut pada software


Thursday 30 January 2014

Posted by Unknown
No comments | 23:44
Perkembangan Psikososial Masa Dewasa Akhir. Akibat perubahan Fisik yang semakin menua maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkunganya. Dengan semakin lanjut usia seseorang secara berangsur-angsur ia mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial pada lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen.
 
Menurut Erikson, perkembangan psikososial pada dewasa akhir ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.
1.   Perkembangan Keintiman
Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Orang-orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim dengan orang lainakan terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa akhir.
2.   Perkembangan Generatif
Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami individu selama masa pertengahan masa dewasa. Ketika seseorang mendekati usia dewasa akhir, pandangan mereka mengenai jarak kehidupan cenderung berubah. Mereka tidak lagi memandang kehidupan dalam pengertian waktu masa anak-anak, seperti cara anak muda memandang kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan mengenai tahun yang tersisa untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang membangun kembali kehidupan mereka dalam pengertian prioritas, menentukan apa yang penting untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa.
3.   Perkembangan Integritas
Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk dan ide-ide, serta setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan bebrbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Lawan dari integritas adalah keputusan tertentu dalam menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian.
Tahap integritas ini ini dimulai kira-kira usia sekitar 65 tahun, dimana orang-orang yang tengah berada pada usia itu sering disebut sebagai usia tua atau orang usia lanjut. Usia ini banyak menimbulkan masalah baru dalam kehidupan seseorang. Meskipun masih banyak waktu luang yang dapat dinikmati, namun karena penurunan fisik atau penyakit yang melemahkan telah membatasi kegiatan dan membuat orang tidak menrasa berdaya.
Terdapat beberapa tekanan yang membuat orang usia tua ini menarik diri dari keterlibatan sosial:
(1) ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mungkin lepas dari peran dan aktifitas selama ini; 
(2) penyakit dan menurunnya kemampuan fisik dan mental, membuat ia terlalu memikirkan diri sendiri secara berlebihan; 
(3) orang-orang yang lebih muda disekitarnya cenderung menjauh darinya; dan 
(4) pada saat kematian semakin mendekat, oran ingin seperti ingin membuang semua hal yang bagi dirinya tidak bermanfaat lagi.

Sumber : http://belajarpsikologi.com

Wednesday 29 January 2014

Posted by Unknown
No comments | 15:17
Kali ini saya akan membagikan untuk agan semua, ebook yang berhubungan dengan psikologi yaitu Cognitive Behavioral Interventions in Educational Settings.


Friday 24 January 2014

Posted by Unknown
2 comments | 08:37
Alcatel-Lucent dan British Telecom (BT) melaporkan telah berhasil mencapai kecepatan koneksi internet terkencang sebesar 1,4 terabit per detik (1 terabit per detik = 1.000.000 megabit per detik/Mbps). Angka itu disebut cukup untuk mentransfer "44 film Full HD" dalam waktu hanya satu detik.


Sebagaimana dikutip dari BBC, kedua perusahaan melakukan pengujian kecepatan jaringan di sambungan sepanjang 410 km antara menara BT di kota London dan Ipswich menggunakan kabel fiber optik dan hardware kelas komersial.
Meski belum akan dirasakan oleh konsumen dalam waktu dekat, hasil uji tersebut dipandang sebagai sebuah terobosan karena menunjukkan bahwa infrastruktur yang sudah ada mampu menunjang kecepatan yang jauh lebih tinggi tanpa memerlukan upgrade mahal.


Pihak Alcatel-Lucent mengatakan bahwa angka permintaan untuk bandwidth yang lebih besar naik sekitar 35 persen setiap tahunnya, seiring dengan popularitas layanan-layanan rakus jalur data, seperti situs streaming film Netflix. 


Dengan demikian, para penyedia jasa internet (ISP) perlu menemukan cara untuk mentransfer data dengan lebih efisien. Memang ada cara lain yang bisa menyediakan kecepatan lebih tinggi lagi, misalnya dengan teknologi laser. Tetapi, percobaan Alcatel-Lucent dan BT ini merupakan yang pertama berhasil mencapai angka luar biasa tersebut dalam "kondisi dunia nyata". BBC menyebut hasil pengujian tersebut sebagai koneksibroadband "terkencang" yang pernah ada.

Sumber : 
www.tekno.kompas.com

Thursday 23 January 2014

Posted by Unknown
2 comments | 05:00
A.  Pengertian Ujian Terstandarisasi dan Cara Penggunaannya
            Istilah terstandarisasi menggambarkan ujian yang seragam dalam isi, penyelenggaraan, dan penilaian. Oleh karena itu, dimungkinkan perbandingan hasilnya di seluruh ruang kelas, sekolah, dan distrik sekolah. Ujian terstandarisasi seperti SAT dan CTBS mengukur kinerja atau kemampuan masing-masing siswa terhadap standar atau norma yang telah ditentukan untuk banyak siswa lain di distrik sekolah, negara bagian atau bangsa yang menjadi sasaran penyusunan masing-masing ujian. Nilai ujian terstandarisasi digunakan untuk pemilihan dan penempatan, seperti kenaikan kelas atau penerimaan di perguruan tinggi; untuk diagnosis dan perbaikan, untuk evaluasi kemahiran dan kemajuan siswa dalam bidang muatan pelajaran; dan untuk evaluasi strategi pengajaran, guru, dan sekolah.
            Pengertian tes standar secara sempit adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan secara profesional. Tes tersebut diketahui memenuhi syarat sebagai tes yang baik. Tes ini dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama, dapat diterapkan pada beberapa obyek mencakup wilayah yang luas. Untuk mengukur validitas dan realitasnya telah di uji-cobakan beberapa kali sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
            Di antara tes prestasi yang digunakan di sekolah ada yang dinamakan tes prestasi standar. Dalam salah satu  kamus, arti kata ”standar” adalah: A degree of level of requirement, excellence, or attainment.
            Standar untuk siswa dapat dimaksudkan sebagai suatu tingkat kemampuan yang harus dimiliki bagi suatu program tertentu. Mungkin standar bagi suatu kursus A berbeda dengan B. Jadi standar ini dapat dibuat “keras” maupun “lunak” tergantung dari yang mempunyai  kebijaksanaan.
            Suatu tes standar dengan demikian berbeda dengan tes prestasi biasa.Prosedur yang digunakan untuk menyusun tes standar untuk tes prestasi melalui cara langsung yang ditumbuhkan dari tes yang digunakan di kelas. Sedangkan spesifikasi yang digunakan untuk menentukan isi dalam tes bakat biasanya didasarkan atas analisis job (jabatan) atau analisis tugas yang merupakan tuntutan calon pekerjaannya. Disamping itu juga mempertimbangkan sifat-sifat yang ada pada manusia. Analisis jabatan analisis tugas yang dilakukan biasanya tidak tidak didasarkan atas satu kurikulum, tetapi diambil dari masyarakat.
            Istilah “standar” dalam tes dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan dengan menggunakan petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula. Dengan demikian maka seolah-olah ada suatu standar atau ukuran sehingga diperoleh suatu standar penampilan (performance) dan penampilan kelompok lain dapat dibandingkan dengan penampilan kelompok standar tersebut.
            Istilah “standar” tidak mengandung arti bahwa tes tersebut mengukur apa yang harus dan dapat diajarkan pada suatu tingkat tertentu atau bahwa tes itu menyiapkan suatu standar prestasi dimana siswa harus dan dapat mencapai suatu tingkat tertentu. Sekali lagi, tes standar dipolakan untuk penampilan prestasi sekarang (yang ada) yang dilaksanakan secara seragam, diusahakan dalam kondisi yang seragam, baik itu diberikan kepada siswa dalam pelaksanaan perseorangan maupun siswa sebagai anggota dari suatu kelompok.

B.  Jenis Ujian Terstandarisasi yang Diberikan
Ujian bakat seperti ujian kecerdasan umum dan ujian multifaktor memperkirakan kemampuan umum siswa dan kesiapannya untuk belajar. Ujian IQ yang diberikan kepada perorangan atau kelompok mencoba untuk mengukur kecerdasan masing-masing dalam wilayah kognitif. Ujian pencapaian menilai kemahiran siswa dalam berbagai mata pelajaran. Ujian diagnostik difokuskan pada mata pelajaran tertentu untuk menyingkap kekuatan dan kelemahan penguasaan. Ujian acuan norma menafsirkan nilai berdasarkan kriteria kinerja yang sudah tetap.
Tiga jenis ujian terstandarisasi umumnya digunakan dalam lingkungan sekolah adalah ujian kecerdasan, ujian pencapaian acuan norma, dan ujian pencapaian acuan kriteria ( Aiken, 2003; popham , 2005).
Ujian kecerdasan (aptitude test) dirancang untuk menilai kemampuan siswa. Itu berarti memperkirakan kemampuan siswa mempelajari atau melakukan jenis tugas tertentu alih-alih mengukur berapa banyak telah dipelajari siswa. Apabila ujian kecerdasan difokuskan pada potensi pembelajaran dan pengetahuan umum yang diperoleh di sekolah dan di luar, ujian pencapaian difokuskan pada keterampilan atau kemampuan yang secara tradisional diajarkan di sekolah.
Ujian acuan kriteria berbeda dari ujian terstandarisasi acuan norma dalam beberapa hal (Aiken,2003). Soal-soal dalam ujian tersebut dipilih untuk menyesuaikan dengan sasaran pengajaran spesifik, sering dengan tiga hingga lima soal yang mengukur masing-masing sasaran. Karena itu, ujian tersebut dapat menunjukkan sasaran mana telah dikuasai masing-masing siswa atau kelas tersebut secara keseluruhan. Ujian acuan kriteria berbeda dari ujian pencapaian lain dalam hal bagaimana ujian tersebut dinilai dan bagaimana hasilnya ditafsirkan. Rapor nilai untuk ujian acuan kriteria sering berbentuk jumlah soal yang dikerjakan siswa dengan benar dalam masing-masing sasaran. Dari data ini,guru dapat mengukur apakah siswa tersebut telah menguasai sasaran tadi.

C.  Cara Menafsirkan Ujian Terstandarisasi
            Nilai yang berasal dari nilai mentah meliputi persentil, yaitu persentase nilai dalam kelompok norma yang berada di bawah nilai tertentu; ekuivalen kelas, yaitu kelas dan bulan di mana nilai tertentu dianggap melambangkan kinerja khas; dan nilai standar, yaitu kinerja siswa dalam kaitannya dengan pendistribusian nilai normal. Nilai standar meliputi stanine (yang didasarkan pada deviasi standar nilai), ekuivalen kurva normal (yang didasarkan pada perbandingan nilai dengan pendistribusian normal), dan nilai-z (keberadaan nilai di atas atau di bawah nilai tengah).
            Setelah siswa mengikuti ujian berstandarisasi, biasanya ujian tersebut dikirimkan untuk dinilai dengan komputer ke kantor pusat atau penerbit ujian tersebut. Nilai mentah siswa di ubah menjadi satu nilai yaitu seperti presentil, ekuivalen kelas, atau ekuivalen kurva normal yang menghubungkan nilai siswa tersebut dengan nilai kelompok yang menjadi norma ujian tersebut dipatok.
Nilai Presentil
            Nilai presentil (Percentile Score) atau yang sering disingkat dengan %ILE menunjukkan presentasi siswa dalam kelompok norma yang memperoleh nilai yang lebih rendah dari pada nilai tertentu. Misalnya saja jika seorang siswa mencapai median kelompok norma tersebut maka siswa tersebut akan mendapatkan presentil 50% karena nilainya melebihi 50% dari nilai orang-orang lain dalam sekelompok norma tersebut.
Nilai Ekuivalen Kelas
            Menghubungkan nilai siswa dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tingkat tertentu atau nilai standar yang menghubungkan nilai mentah siswa dengan nilai rata-rata yang diperoleh kelompok norma pada tingkatan kelas yang berbeda.
Nilai Standar
            Beberapa jenis nilai menggambarkan hasil ujian sesuai dengan kedudukannya dalam kurva normal. Kurva normal menggambarkan pendistribusian nilai di mana kebanyakan masuk dekat pertengahan atau rata-rata dengan jumlah nilai yang lebih kecil secara simetris tampak kalau kita makin jauh ke atas atau ke bawah pertengahan tersebut.
Deviasi Standar
            Salah satu konsep penting yang terkai dengan pendistribusian normal ialah deviasi standar (standart deviation) ukuran penyebaran nilai. Deviasi standar secara kasar ialah jumlah rata-rata nilai yang berbeda dengan nilai tengah. Misalnya pertimbangkan saja kedua kelompok ini

D.  Masalah terkait Ujian Terstandarisasi dan Ujian Ruang Kelas
            Ujian dan soal-soal ujian harus mempunyai validitas, yaitu kualitas ujian yang dimaksudkan untuk diujikan. Validitas prediktif berarti bahwa ujian tersebut dengan tepat memperkirakan kinerja pada masa depan. Kehandalan berarti bahwa hasil ujian tidak berubah ketika ujian diberikan di tempat atau pada waktu yang berbeda. Ketidakadilan ujian dalam setiap bentuknya membahayakan validitas. Masalah-masalah lain yang terkait dengan ujian terstandarisasi meliputi etika materi ujian, persiapan siswa untuk menghadapi ujian, penggunaan nilai ujian, hubungan ujian dengan kurikulum, dan penyelenggaraan ujian dengan komputer.

E.  Akuntabilitas Pengajar atas Pencapaian Siswa

Pendidik semakin bertanggung jawab atas pencapaian siswa. Nilai ujian sering digunakan dalam pembuatan keputusan mengenai pekerjaan, pemecatan, dan promosi pendidik. Kritikus mengatakan bahwa membuat giri bertanggung jawab atas perolehan siswa tidak adil karena adanya titik awal siswa yang berbeda dan dapat mendorong pengajaran yang berdasarkan ujian atau penerapan kebijakan yang secara palsu menaikkan nilai terstandarisasi. Salah satu manfaat akuntabilitas yaitu dapat meningkatkan tekanan pada sekolah untuk memusatkan perhatian pada siswa yang mungkin justru terabaikan. Karena ujian akuntabilitas berdasarkan standar mengenai apa yang harus dipelajari, maka ujian ini dapat membantu mengklarifikasi sasaran pembelajaran.

Tuesday 21 January 2014

Posted by Unknown
2 comments | 09:47
Sebelum kita download idmnya, ane akan ngasih info dulu tentang IDM. Internet Download Manager atau biasa disingkat IDM , adalah perangkat lunak yang mampumengunduh data-data yang ada di internet dan meneruskan kembali. Perangkat buatan New York, Amerika ini menempati posisi teratas dalam memaksimalkan kecepatan mengunduh data. Tampilan dan grafis yang sederhana membuat IDM lebih bersahabat dengan penggunanya.

IDM didukung dengan fitur meneruskan kembali, yaitu untuk mengunduh ulang berkas-berkas yang sebelumnya terputus karena masalah teknis maupun nonteknis. IDM juga memiliki fitur unduh yang cepat dengan kemampuan melakukan segmentasi berkas secara otomatis dan didukung dengan teknologi yang aman.
Perangkat lunak ini memiliki kemampuan yang lebih baik daripada peranti lunak sejenis yang ada saat ini, karena fitur yang dimiliki dalam membagi data yang sedang diunduh menjadi beberapa bagian terpisah untuk kemudian disatukan kembali setelah proses mengunduh selesai. Proses ini dinamakan multipart. Akan tetapi, IDM berbeda dengan perangkat sejenisnya karena proses multipart ini dilakukan secara bersamaan dan kecepatannya hingga 500% atau lima kali lipat lebih baik sebagaimana diklaim oleh pembuat IDM ini.
IDM mampu membagi sebuah berkas saat proses mengunduh berlangsung hingga menjadi tujuh sampai delapan bagian atau . Sebuah berkas yang diunduh dan terbagi menjadi delapan bagian selanjutnya ditangani oleh IDM yakni dengan membagi kecepatan yang sama besar per bagiannya. Namun jika bagian-bagian tadi ada yang mengalami hambatan dalam proses unduh maka kecepatan pada bagian lain akan digunakan untuk membantu bagian yang lambat tadi. Nah, sekarang ane akan bagi link downloadnya.

Monday 20 January 2014

Posted by Unknown
No comments | 05:31
PDF to Word merupakan salah satu fungsi PDF converter yang paling banyak dicari. Hal ini karena memang hampir semua orang yang mengconvert PDF biasanya ingin mengconvertnya menjadi file Microsoft Word yang bisa mereka edit. Sebelumnya, saya sudah pernah memposting PDF to Word. Kini sekali lagi saya membahas salah satu software PDF to Word converter yang bisa anda dapatkan secara gratis sebelum tanggal 25 April 2011. Software ini adalah Adept PDF to Word Converter. Adept PDF to Word Converter yang secara normal dijual seharga $29.95 ini memiliki beberapa keunggulan antara lain: 1. Bisa anda gunakan untuk mengconvert banyak file PDF menjadi dokumen microsoft Word sekaligus. 2. Bisa anda gunakan walaupun anda tidak memiliki Microsoft Word, PDF reader maupun Adobe Acrobat. 3. Anda bisa mengatur ukuran halaman output dari PDF yang akan anda convert ke microsoft word. 4. Anda tetap bisa menconvert file PDF walaupun file tersebut terenkripsi dan dilindungi oleh password. 5. Anda bisa mengconvert salah satu atau semua halaman yang anda inginkan. 6. Anda bisa mengconvert file PDF secara total (teks, gambar, foto, dll) ataupun memilih untuk mengconvert teks nya saja. Anda bisa menginstall Adept PDF to Word Converter ini di komputer dengan sistem operasi Windows 98, ME, NT, 2000, XP, 2003, Windows Vista dan Windows 7, Windows 8.

Link Download >>> Download Software PDF to Word Converter
Password : http://azmikonselor.blogspot.com/
Posted by Unknown
1 comment | 05:09
doPDF adalah freeware Portable Document Format (PDF) printer yang dikembangkan oleh Softland , yang memungkinkan setiap program yang dapat mencetak untuk membuat file PDF. Resolusi dari file PDF yang dibuat dapat diatur secara manual, atau dilakukan secara otomatis
Softland doPDF adalah aplikasi freeware yang berlisensi untuk penggunaan pribadi dan komersial. Mendukung 32-bit dan 64-bit Windows 8 ,7, Vista, Xp dan Windows Server 2000 ,2003 dan 2008 sistem operasi.
Aplikasi ini memungkinkan pengaturan resolusi kustom 72-2400 dpi dan ukuran halaman yang telah ditetapkan dan kustom. PDF diciptakan dari teks tetap dicari di salah satu 20 bahasa yang didukung
doPDF tidak menggunakan Ghostnet atau .NET dan karena itu mandiri. Ini memiliki ukuran download file yang sangat kecil, yang 1,73 MB dalam versi 6.3.311 doPDF dan 2,98 MB dalam versi 7.0.321. Softland mengklaim bahwa doPDF digunakan "Barely menggunakan sumber daya komputer - dibandingkan dengan konverter PDF gratis, doPDF hampir tidak menggunakan sumber daya memori atau CPU ketika melakukan konversi ke PDF yang sebenarnya
DoPDF Setelah terinstal diakses dengan memilih doPDF dari menu cetak dari setiap aplikasi yang dapat mencetak. Aplikasi kemudian meminta user mana untuk menyimpan dokumen, mencetak sebagai file PDF dan membukanya di pengguna penampil standar PDF

Perusahaan ini merilis versi 7 dari aplikasi ini pada awal Desember 2009. Versi diperbarui baru mencakup kompatibilitas lengkap dengan Windows 7 serta dukungan untuk Type 1 Font .Daripada menanamkan file font penuh, doPDF 7 embeds hanya subset font, membuat file PDF yang dihasilkan lebih kecil.
doPDF akan menjadi virtual PDF printer driver, setelah proses instalasi selesai akan muncul dalam daftar Printers and Faxes. Untuk mengkonversi PDF, Anda hanya perlu mencetak dokumen menggunakan doPDF free pdf converter. Buka sebuah dokumen (dengan Microsoft Word, WordPad, NotePad atau software lainnya), pilih Print dan kemudian doPDF. Kemudian doPDF akan menanyakan dimana Anda ingin menyimpan file PDF hasil konversi dan setelah selesai file PDF akan terbuka secara otomatis dengan menggunakan PDF viewer default Anda
Berikut adalah keuntungan dari penggunaan PDF converter:


  • Gratis, PDF converter gratis baik untuk penggunaan komersial maupun komersial.
  • Support 32-bit dan 64-bit, dapat diinstall pada sistem operasi Windows 32-bit dan 64-bit.
  • Tidak perlu GhostScript atau .NET, tidak memerlukan program pihak ketiga untuk membuat file PDF seperti GhostScript atau runtime environments seperti .NET Framework. sehingga file setup-nya lebih kecil dibandingkan program free PDF creator lainnya.
  • Resolusi yang bisa dikustomasi , Anda dapat memilih resolusi dari 72 sampai 2400 dpi.
  • Kustomasi page size, Pilih page size default (letter, legal, A4, A5, A6,…) atau tentukan sendiri page size.
  • Searchable PDFs, Anda dapat mencari teks di dalam file PDF yang dihasilkan.
  • Multi-language, pilih bahasa untuk user interface dari 20 bahasa yang disediakan.


Software ini juga solusi yang bagus buat anda untuk mengeprint word dari office 2007 ke office 2010 maupun 2013


Link Download >>>Download Software DoPdf

Password : http://azmikonselor.blogspot.com/
Posted by Unknown
18 comments | 03:31

Salah satu antivirus yang direkomendasikan yaitu Norton Internet Security 2014. Norton Internet Security 2014 memiliki penggunaan yang ringan sama seperti ESET namun dengan proteksi yang lebih baik baik dibanding ESET. Norton Internet Security 2014 juga memiliki tampilan keren dengan mengadopsi menu windows 8 sehingga sangat cocok disandingkan dengan windows 8. Norton Internet Security 2013 juga memiliki database offline yang bisa di download apabila sobat tidak ada koneksi internet untuk update onlinenya. Penasaran?


Apa itu Norton Internet Security 2014?
Norton Internet Security 2014 adalah software keamanan lengkap dari Norton yang telah mengalami perubahan drastis baik dari segi penggunaan memori maupun tampilan menunya.

Fitur-fitur Norton Internet Security 2014:
1. Penggunaan memori yang kecil

2. Proteksi yang mantap (masuk 3 besar antivirus terbaik)

3. Update offline yang mudah

4. Tidak membebani kerja komputer
5. Mudah di setting
6. Dan fitur mantap lainnya sob


Nah, kalau agan penasaran silahkan download softwarenya, Oke.

Password : http://azmikonselor.blogspot.com/

Saturday 18 January 2014

Posted by Unknown
No comments | 05:19
Hari ini saya mendapat kabar dari teman kantor kalau laptop-nya mengalami masalah tidak bisa login.

Setelah saya lihat ternyata masalah tersebut sama seperti masalah yang pernah  saya tangani sebelumnya. Pada saat login setelah memasukan password/tanpa password muncul pesan error “The user service service failed the logon user profil cannot be loaded”. Langkah yang saya lakukan saat pertama kali adalah mengaktifkan account Administrator dengan cd hiren’s boot, kemudian login dengan account Administrator, lalu copy data user pada drive C:/ yang tidak bisa dibuka kemudian buat account baru lalu paste-kan di account baru tersebut lalu hapus account yang bermasalah tadi. Ini adalah langkah yang menurut saya salah, karena terlalu banyak langkah dan beresiko mengalami kehilangan data jika data yang di copy/di backup ternyata tidak semua berhasil terambil.

Langkah yang bernar adalah :
1.      Login dengan account lain (jika ada account lain dalam komputer/laptop), jika tidak ada, silahkan anda aktifkan terlebih dahulu account Administrator dengan menggunakan software recovery windows atau semacamnya yang terdapat pada cd/paket hiren’s boot.
2.      Setelah login buka registry menu start-run kemudian ketik regedit
3.      Masuk ke HKEY_LOCAL_MACHINE > SOFTWARE > Microsoft > Windows NT > Current Version > ProfileList.




Gb. 1

4.      Terlihat pada jendela registry ada dua buah folder dengan nama awal S-1-5 dan diikuti nomer panjang dibelakangnya yang sama persis. Namun berbeda , yang satu berakhiran .bak dan yang satu lagi tidak berakhiran .bak.
5.      Rename nama folder tanpa akhiran .bak dengan menambahkan akhiran angka atau nomor terserah anda disini saya menambahkan dengan ahiran “xxxx” tanpa tanda petik.



 
 

Gb. 2

6.      Rename  nama folder yang berakhiran .bak dengan menghapus akhiran .bak tersebut.






Gb. 3

7.      Kemudian restar komputer, lalu coba login dengan account yang bermasalah tadi.
8.        Jika anda tidak menginginkan Account administrator tampil saat akan login windows, anda bisa mematikan/mendisable account tersebut (cara ini tidak berlaku untuk windows 7 personal/home basic), caranya :  klik kanan mycomputer-pilih manage



 


Gb. 4



Gb. 5

9.      Selesai


Keterangan :
Langkah nomor 8 berlaku untuk windows 7 ultimate dan xp profesional
Untuk windows 7 versi home basic, personal tidak berlaku.


Sumber :Ilmukomputer.com

Thursday 16 January 2014

Posted by Unknown
1 comment | 07:24
MAKALAH KECERDASAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu:
-
  












 Disusun oleh:
Rurul Azmi
NIM. -

 JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013




 
KATA PENGANTAR
 
Dengan mengucapkan syukur alhamdullillah kepada Allah Swt. Atas limpahan kesempatan dan kenikmatan kepada umat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas saya, sebagai salah satu tugas UAS Psikologi Pendidikan yaitu makalah Kecerdasan Spiritual Pada Peserta Didik.
Makalah ini merupakan tanggung jawab saya sebagai mahasiswa UPI ( Universitas Pendidikan Indonesia ). Dan diharapkan makalah ini dapat menjadi referensi bagi para mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang Kecerdasan Spiritual Pada Peserta Didik.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, penulis mengucapkan banyak – banyak terima kasih. Semoga makalah ini dapat berguna untuk kita semua dan dapat menjadi referensi buat kita untuk lebih dan lebih menggali ilmu yang berkaitan dengan Psikologi Pendidikan. Amin


                                                                        Bandung, September 2013

                                                                                       Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah cermin kepribadian bangsa, hal ini tentunya esensial dengan amanat UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah “menciptakan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Yuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tapi apa yang terjadi pada penerapannya sistem pendidikan pada saat ini yang lebih berorientasi pada pengembangan kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) saja, dimensi kecerdasan yang lain seperti kecerdasan spiritual (SQ) di marginalkan. Padahal, Kecerdasan Intelektual (IQ) dan Kecerdasan Emosional (EQ) sudah kita pahami pengertiannya serta bagaiamana keduanya apabila bersinergi. Namun apabila kedua kecerdasan terebut tidak disinergikan dengan SQ maka bisa berakibat fatal. SQ sendiri bukanlah menjadi “ahli petapa”, duduk termenung dan diam menikmati indahnya spiritualitas.
Seseorang bisa saja sukses dengan mempunyai kecerdasan IQ dan SQ, seorang penipu atau yang lebih popular saat ini adalah para koruptor, tentunya dia harus cerdas dan jago bersrategi, untuk itu diperlukan IQ. Sementara untuk uji “timing” dalam pelaksanaan strategi, bernegosiasi, berkomunikasi, dan mampu merebut hati orang agar mau di ajak berspekulasi dan berkompromi dengannya di perlukanlah EQ. semangat juang tinggi, mereka selalu tampak prima dan percaya diri namun niat dan ahklaknya sangat buruk, itulah bentuk IQ, EQ bila tidak memiliki SQ.
Bahkan menurut sebuah penelitian, kunci terbesar seseorang adalah dalam EQ yang dijiwai dengan SQ. Banyak orang yang di PHK bukan karna tidak mampu melakukan pekerjaan dengan baik, bukan karna tidak mampu mengoprasikan sesuatu dan bukan karna tidak mampu berkomunikasi dengan baik namun karna mereka tidak memiliki intergritas, tidak jujur, tidak bertangung jawab dan tidak amanah pada pekerjaanya. Itu karena mereka tidak mempunyai keseimbangan dalam tiga kecerdasan IQ , EQ, dan SQ. Ketiga kecerdasan ini, terutama Kecerdasan Spiritual (SQ) harus di sinergikan dengan kondisi pendidikan pada saat ini sehingga kepribadian peserta didik dapat terbentuk dengan baik.

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Seberapa pentingkah kecerdasan spiritual pada peserta didik dalam dunia pendidikan ?
2.      Apakah pengaruh kecerdasan spiritual pada peserta didik dalam dunia pendidikan ?
3.      Bagaimana mengembangkan kecerdasan spiritual pada peserta didik dalam dunia pendidikan ?

C.     TUJUAN
Adapun beberapa tujuan permasalahan yang dikaji dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui seberapa pentingkah kecerdasan spiritual pada peserta didik dalam dunia pendidikan ?
2.      Untuk mengetahui apakah pengaruh kecerdasan spiritual pada peserta didik dalam dunia pendidikan ?
3.      Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan kecerdasan spiritual pada peserta didik dalam dunia pendidikan ?


  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    KECERDASAN SPIRITUAL PADA PESERTA DIDIK
Kecerdasan spiritual dibutuhkan oleh setiap individu dalam menjalani kehidupan, termasuk anak-anak dan remaja. Kecerdasan spritual merupakan inti yang dapat menggerakan kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual merepresentasikan motif dasar individu dalam pencarian makna sebagai makhluk. Stephen Covey (2004: 53) mengungkapkan bahwa “Spiritual Intelligence is the central and most fundamental of all the intelligence because it becomes the source of guidance of the other three. Spiritual intelligence represents our drive for meaning and connection with infinite”. Pendapat tersebut menegaskan bahwa kecerdasan spiritual merupakan jembatan yang menghubungkan, menyeimbangkan perkembangan dimensi-dimensi kecerdasan lain yang secara fitrah telah diberikan oleh Yang Maha Pencipta. Selain itu Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapai persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain ( Ary Ginanjar Agustian, 2001: 13). Dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberikan makna spiritual terhadap pemikiran, prilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ, dan SQ dengan komperhensif. Oleh karena itu, setiap individu perlu mengembangkan dan meningkatkan kualitas kecerdasan spiritual sebagai salah satu kecakapan hidup yang harus dimiliki.

Perkembangan spiritualitas merupakan proses yang bersifat kontinum dan dinamis, spiritualitas dalam konteks perkembangan anak merupakan proses perkembangan kesadaran mengenai hakikat dan keberadaan diri, orang lain dan lingkungan, serta seluruh alam semesta.

Konsep interkoneksi tiga kompenen dari Search-Institute (2008) menjelaskan bahwa konsep perkembangan spiritual anak merupakan proses yang bersifat konstan namun sekaligus proses dinamis yang berkesinambungan. Artinya, setiap orang pasti mengalami proses perkembangan spiritual, akan tetapi berbeda dalam proses dan pencapaiannya, hal tersebut akan dipengaruhi oleh interkoneksi ketiga komponen utama dari perkembangan spiritual, yaitu
1)      Kesadaran,
2)      Perasaan saling memiliki dan terhubung satu dengan yang lain, dan
3)      Pandangan dan cara hidup.

Ketiga komponen tersebut akan saling terhubung dalam proses perkembangan spritual anak, akan tetapi perkembangan tiga komponen tersebut akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tumbuh dan berkembang.

Komponen kesadaran  merupakan keadaan dimana individu menjadi lebih peka terhadap keberadaan dirinya, orang lain, dan keseluruhan ciptaan, sebagai wujud dari pencapaian identitas, makna, dan tujuan hidup sebagai makhluk. Komponen rasa saling memiliki dan merasa saling terhubung, adalah sikap untuk selalu mencari, menerima, atau terbuka terhadap pengalaman yang berhubungan dengan interaksi dengan sesama yang mengembangkan kesadaran saling membutuhkan antar sesama manusia, serta kesadaran saling membutuhkan dengan unsur kehidupan lainya, seperti alam, masyarakat, nilai, dan makhluk hidup lainnya, dari perkembangan komponen ini akan mengantarkan pada kesadaran akan kekuatan Sang Maha Pencipta, yang akan memperteguh keyakinan yang akan diwariskan dari waktu kewaktu. Komponen pandangan dan cara hidup, merupakan cara individu mengekspresikan jati diri, hasrat, nilai, pengembangan hubungan dengan sesama, aktivitas-aktivitas yang dipilih untuk membentuk diri sendiri, keluarga, komunitas, masyarakat, dan dunia yang lebih luas, serta pandangan hidup dan pengorbanan.

Berbagai paparan konsep mengenai spiritualitas di atas dapat dipahami bahwa spiritualitas merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu yang diperlukan dalam menjalani proses kehidupan. Dalam hal ini, Spiritualitas juga memiliki dampak positif terhadap kehidupan remaja, berdasarkan penelitian. Peneliti telah menemukan bahwa berbagai aspek agama terkait dengan hasil yang positif bagi remaja (Bridgers & Snarey, 2010; King & Roesser, 2009). Agama juga memiliki peran dalam kesehatan remaja dan masalah prilaku mereka (Cotton dkk, 2006). Kebanyakan remaja yang religious menerapkan pesan kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama. Spiritualitas dalam konteks perkembangan anak merupakan proses perkembangan kesadaran mengenai hakikat dan keberadaan diri, orang lain dan lingkungan, serta seluruh alam semesta. Perkembangan spiritualitas juga ditandai dengan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan sesama, dan mengembangkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa atau kekuatan yang berada di luar dirinya. Spiritualitas juga membantu anak untuk bisa mengekspresikan identitas diri, nilai-nilai dalam proses menjalin hubungan dengan sesama.
           
Dalam kecerdasan spiritual yang dialami peserta didik juga, kita dapat melihat satu persatu tanda-tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik mencakup hal-hal berikut untuk menguji SQ peserta didik
a)      Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).
b)      Tingkat kesadaran diri yang tinggi.
c)      Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
d)     Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
e)      Kemampaun untuk menghadapi melampaui rasa sakit.
f)       Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.
g)      Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal.
h)      Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.  
i)        Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai bidang mandiri yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.

Melalui penggunaan kecerdasan spiritual peserta didik secara utuh terlatih dan melalui kejujuran dan keberanian diri yang dibutuhkan bagi pelatih semacam itu, kita dapat terhubung kembali dengan sumber dan makna terdalam dalam diri peserta didik, peserta didik dapat menggunakan perhubungan itu untuk mencapai tujuan dan proses yang jauh lebih luas.

Perkembangan kecerdasan spiritual akan erat kaitannya dengan perkembangan spiritual, perkembangan penghayatan keagamaan, dan perkembangan keyakinan, serta berbagai aspek perkembangan  lainnya. Hal ini senada dengan penjelasan  Abin Syamsuddin (2007: 105-110) yang menyatakan bahwa perkembangan perilaku keagamaan dalam satu paket dengan perkembangan perilaku sosial dan moralitas. Bahkan, dijelaskan bahwa perkembangan penghayatan keagamaan sejalan dengan perkembangan moralitas dan erat kaitannya dengan perkembangan intelektual, emosional, dan volisional (konatif). Hal ini dimungkinkan karena secara potensial (fitriah) manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) dan makhluk beragama.

Kecerdasan spiritual berkembang bersama fungsi-fungsi kehalusan perasaan (afektif) disertai  kejernihan akal budi (kognitif). Kedua fungsi tersebut mendorong individu untuk mengalami, mempercayai, bahkan meyakini dan menerima tanpa keraguan tentang adanya kekuatan yang Mahaagung yang melebihi apapun termasuk dirinya. Proses inilah yang disebut penghayatan keagamaan atau disebut juga pengalaman religi (the religious experiences) (Tamim, 2009:70).

Perkembangan pengahayatan keagamaan dalam sudut pandang Brigtman (Abin Syamsuddin, 2007: 108) merupakan pengakuan atas keberadaan (the excistence of great power) dan mengakui-Nya sebagai sumber nilai-nilai luhur yang eternal (abadi) yang mengatur tata hidup manusia dan alam semesta raya ini.

Pendapat tersebut di atas, menegaskan bahwa perkembangan kecerdasan spiritual sejalan dengan aspek perkembangan lainnya, antara lain perkembangan kognitif, emosi, moral, dan penghayatan keagamaan.  Hyde (Hood, Jr. et.al, 2009: 77) memaparkan bahwa untuk mengkaji perkembangan spiritualitas dan penghayatan keagamaan harus juga mengkaji perkembangan kognitif, “The study of religion in childhood and adolescence has been dominated for thirty years by investigations of the process by which religious thinking develops”. Gagasan ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan penghayatan keagamaan berhubungan dengan kemampuan individu mencerna dan memaknai informasi, yang menjadi ranah perkembangan kognitif.

Mempertegas konsep perkembangan penghayatan keagamaan, Abin Syamsuddin (2007: 109) menjelaskan bahwa secara kualitatif, karakteristik perkembangan penghayatan keagamaan masa anak sekolah, yaitu rentang 7-8 tahun sampai 11-12 tahun, ditandai dengan
1.      Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertan;
2.      Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya;
3.      Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.

Boyatzis (Hood, Jr. et.al, 2009: 77) terkait dengan hal ini menjelaskan dengan lebih ekstrim“Although Piaget is no longer held on a pedestal, his influence remains considerable. For many, it is hard to think of religious development in other than cognitive terms”. Sekalipun teori perkembangan kognitif dari Piaget dikembang dengan landasan yang kurang kuat, akan tetapi pengaruhnya sangat besar terhadap perkembangan kognitif dan aspek lainnya, bahkan untuk beberapa alasan, agak sulit mengkaji perkembangan penghayatan keagamaan tanpa menggunakan kajian perkembangan kognitif.

Salah satu teori perkembangan spiritual yang dikembangkan berdasarkan pada teori Piaget digagas oleh Fowler, James W.F (Aliah, 2006:297), teori perkembangan spiritual dalam konteks teori perkembangan Fowler dikenal dengan faith development, dipandang sebagai inti dari perkembangan kecerdasan spiritual. Teori Fowler menjelaskan bahwa sepanjang rentang kehidupan manusia, keimanan sebagai orientasi holistik yang menunjukkan adanya hubungan antara individu dengan alam semesta akan mengalami tahap perkembangan (stages of faith development).

Fowler mengkategorikan perkembangan spiritual menjadi beberapa tahapan, anak usia sekolah dasar akan berada pada tiga tahap (rentang) usia perkembangan keimanan, yaitu 0-7 tahun, 7-11 tahun, dan 11-20 tahun. Pada setahun awal usia anak sekolah dasar, yaitu di usia tujuh tahun masih dikategorikan dalam tahap praoperasional. Pada tahap ini kepercayaan (keimanan) masih bersifat intuitif-proyektif. Ciri karakteristik keimanan masih menganggap khayalan sebagai realitas. Berkaitan dengan hakikat kebenaran, anak pada usia ini akan konsekuen terhadap dirinya sendiri, namun masih memperbandingkan antara sikap percaya dan tidak percaya.

Pada usia tujuh sampai sebelas tahun, yaitu usia yang dianggap murni pada rentang sekolah dasar, dikategorikan dalam tahap pra sampai konkrit operasional. Pada tahap ini kepercayaan (keimanan) bersifat Mythical-Literal. Karakteristik keimanan merupakan hasil penerjemahaman kisah agama secara literal. Berkaitan dengan hakikat kebenaran, anak pada usia ini meyakininya dalam wujud keadilan.

Adapun pada dua tahun terakhir usia sekolah dasar, yaitu usia sebelas sampai dengan tiga belas tahun, dikategorikan pada rentang sebelas sampai dengan dua puluh tahun, yaitu pada tahap formal operasional dan moralitas konvensional. Pada tahap ini, kepercayaan (keimanan) sudah bersifat sintetik-konvensional. Biasanya, karakteristik keimanan individu diwujudkan dalam bentuk kepatuhan terhadap kepercayaan orang lain. Kebenaran ada pada apa yang dikatakan orang lain.

Dalam hal ini, peserta didik dapat menjadikan SQ pedoman saat peserta didik berada diujung masalah eksistensial yang paling menantang dalam hidup berada diluar yang diharapkan dan dikenal, di luar aturan-aturan yang telah diberikan, melampaui pengalaman masa lalu, dan melampaui sesuatu yang kitahadapi. SQ memungkinkan memungkinkan untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri dan orang lain. Dan peserta didik biasanya menggunakan kecerdasan spiritual saat:

a.       Siswa selaku peserta didik behadapan dengan masalah eksistensial seperti saat siswa merasa terpuruk, khawatir, dan masalah masa lalu akibat penyakitdan kesedihan. SQ menjadikan siswa sadar bahwa siswa mempunyai masalah eksistensial yang membuat siswa mampu mengatasinya, atau setidak-tidaknya siswa dapat berdamai dengan masalah tersebut, SQ memberikan siswa rasa yang dalam menyangkut perjuangan hidup.
b.      Siswa menggunkannya untuk menjadi kreatif, siswa menghadirkannya ketika ingin menjadi luwes, berwawasan luas, atau spontan secara kreatif.
c.       Siswa dapat menggunakan SQ untuk menjadi cerdas secara spiritual dalam beragama, SQ membawa siswa kejantung segala sesuatu, kekesatuan di balik perbedaan, ke potensi di balik ekspresi nyata. 
d.      Siswa menggunakan SQ untuk mencapai perkembangan diri yang lebih utuh karena siswa memiliki potensi untuk itu.
e.       Kecerdasan spiritual memberi siswa suatu rasa yang dapat menyangkut perjuangan hidup.







BAB III
KESIMPULAN & SARAN

A.    KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah, sebagai berikut;
1.      Kecerdasan spritual merupakan inti yang dapat menggerakan kecerdasan lainnya, sehingga sangat dibutuhkan remaja dan anak-anak.
2.      Perkembangan kecerdasan spiritual erat kaitannya dengan perkembangan spiritual, perkembangan penghayatan keagamaan, dan perkembangan keyakinan, serta berbagai aspek perkembangan lainnya.
3.      Setiap individu perlu mengembangkan dan meningkatkan kualitas kecerdasan spiritual sebagai salah satu kecakapan hidup yang harus dimiliki.

B.     SARAN
Adapun saran yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah, sebagai berikut;
1.      Sebagai seorang pendidik, kita harus mengembangkan ketiga kecerdasan diantaranya kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan intelektual (IQ) kepada siswa atau peserta didik sehingga siswa dapat memperoleh kecakapan pribadi yang baik.
2.      Seorang siswa harus selalu mengembangan ketiga kecerdasan ini sehingga siswa dapat berkembang baik itu mentalnya maupun fisiknya dengan baik.






DAFTAR PUSTAKA

Abin, Syamsyudin Makmun. (2003). Psikologi Kependidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosda.
Chaplin, James P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Nurihsan, Achmad Juntika. (2006). Bimbingan & Konseling (Dalam Berbagai Latar Kehidupan). Bandung: Reflika Aditama.
Slavin, Robert E. (2011). Psikologi Pendidikan (Teori dan Praktik). Jakarta: PT.Indeks.
Santrock, John W. (____). Life-Span Development (Perkembangan Masa-Hidup Edisi Ketigabelas Jilid 1). Jakart: Erlangga.
Zohar, Danah, Ian Marshal. (2005). Spiritual Capital. Jakarta: Mizan. [online].
Tersedia:









GLOSARIUM

Dinamis                                   : 1. Penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan dsb; mengandung dinamika;
Emotional (Emosional)           : Berkaitan dengan ekspresi emosi, atau dengan perubahan-perubahan yang mendalam yang menyertai emosi. 2. Mencirikan individu yang mudah terangsang untuk menampilkan tingkah laku emosional.
Intellectual (Intelektual)         : Menyinggung soal intelegensi. 2. Mencirikan seseorang dengan minat-minat yang terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar.
Intelligence (Intelegensi)        : 1. Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. 2. Kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif. 3. Kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali. Ketiga pei proserumusan diatas sama sekali tidak terlepas satu sama lain; Ketiganya hanya menekankan aspek-aspek yang berbeda dari prosesnya. Meskipun orang lebih suka menggunakan pengetesan intelegensi, namun para psikolog merasa sulit untuk mendefinisikan intellegensi secara cepat.
Kecerdasan spiritual                : Kecerdasan Jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif.
Kognitif                                  : Persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Konatif                                    : Perilaku yang sudah sampai tahap hingga individu melakukan sesuatu (perbuatan) terhadap objek.
Spiritual (Spiritual)                  : 1. Berkaitan dengan roh, bersemangat atau jiwa. 2. Religious, yang berhubungan dengan agama, keimanan, kesalehan; menyangkut nilai-nilai transcendental. 3. Bersifat mental, sebagai lawan dari material, fisikal atau jasmaniah.



Please Follow Me !!!

×

Powered By Blogger Widget and Get This Widget