A.
Kewibawaan
pendidikan
Kewibawaan disebut juga Gezag berasal dari kata
zeggen yang berarti berkata. Siapa
yang perkataanya mempunyai perkatan yang mengikat terhadap orang lain,berarti
mempunyai kewibawaan atau gesag
terhadap orang lain. Kewibawaan dapat
dikatakan sebagai syarat mutlak untuk mendidik. Dalam pergaulan antara anak
dengan anak tidak mungkin muncul situasi pendidikan, sebab di dalam pergaulan
tersebut tidak akan terdapat hubungan berdasarkan kewibawaan. Kewibawaan
(kewibawaan pendidikan) adalah kekuatan pribadi pendidik yang diakui dan
diterima secara sadar dan tulus oleh anak didik, sehingga dengan kebebasannya
anak didik, sehingga dengan kebebsannya anak didik mau menuruti pengaruh
positif dari pendidiknya.
Dalam definisi kewibawaan tersebut
antara lain tersurat kalimat “kekuatan
pribadi pendidik”. Artinya, kewibawaan pendidik tidak terletak pada
penampilan fisik seseorang saja seperti : postur tubuhnya, pakaian yang
dikenakannya, dsb. Memang benar bahwa pribadi menampilkan diri melalui tubuh
atau kebadanianya, tetapi pribadi bukanlah badan dalam artian sesuatu yang
bersifat fisik (kebendaan) belaka. Pribadi pendidik hakikatnya adalah kesatuaan
badani-rohani. Dengan kata lain, pribadi merupakan keseluruhan sifat-sifat
seseorang yang menunjukkan watak orang yang bersangkutan. Sebab itu, tidak
sewajarnya kita membuat dikotomi antara kewibawaan lahiriah ( badani) dan
kewibawaan ( rohaniah) dari seorang pendidik.
Adapun yang dimaksud dengan kalimat
“ mau menuruti pengaruh positif dari
pendidiknya” yang tersurat dalam definisi kewibawaan itu, yakni kesediaan
anak didik atas dasar kesadarannya,atas dasar pilihannya, atau atas dasar
kebebasannya untuk menerima pengaruh baik seperti : pelajaran, ajakan, contoh,
nasihat, larangan,tugas dsb-dari pendidiknya. Lengeveld
berpendapat bahwa pendidikan anak sesungguhnya baru dimulai pada umur 3 tahun.
Jika ada usaha yang dimulai atau diberikan sebelum anak berusia 3 tahun, ini
disebut dengan pendidikan pendahuluan.
Jika anak
sudah dapat mengakui kewibawaan pendidik, maka saat itulah dapat dimulai
pendidikan dan pengenalan norma yang sesungguhnya. Anak bukan sekedar harus
berbuat sesuai dengan norma secara paksa tanpa mengetahui normanya, melainkan
norma itu sendirilah yang diperkenalkan kepada peserta didik. Maka dari itu,
pendidik harus menjadikan diri sendiri menjadi perwujudan norma itu sendiri.
Selain itu, ada atau tidaknya pendidik sangat mempengaruhi sifat perdik
menghadapi norma. Agar kewibawaan yang dimiliki oleh pendidik tidak goyah, tidak
lemah, maka hendaknya pendidik itu selalu:
a.
Bersedia memberi alasan
b.
Bersikap you attitude
c.
Bersikap sabar
d.
Bersikap memberi kebebasan
B.
Faktor
Penentu Kewibawaan Pendidikan
Menurut M.J Langeveld (
1980:49-65) dalam hubunganya dengan anak didik, kewibawaan pendidik akan
tertentukan oleh berbagai faktor yaitu:
1.
Kasih
sayang terhadap anak didik
Motif intrinsik yang perlu ada pada diri pendidik
adalah rasa kasih sayang terhadap anak didik. Atas dasar kasih sayang ini
pendidik akan rela berkorban demi kepentingan anak didiknya, bahkan meskipun
tanpa mendapatkan imbalan sekalipun. Oleh karena itu dikatakan kasih sayang
adalah dasar pendidikan.
2.
Kepercayaan
bahawa anak akan mampu dewasa
Pendidik harus percaya bahwa anak didiknya mampu
berdiri sendiri. Kepercayaan pendidik terhadap anak didik semacam itu akan
memberi dorongan,keberanian,keyakinan dan keinginan pada diri anak didik untuk
berusaha agar menjadi dewasa.
3.
Kedewasaan
Pendidik seharusnya adalah orang dewasa, artinya orang
yang mampu menentukan diri atas tanggung jawab sendiri, dan mampu menempatkan
dirinya dalam kehidupan masyarakat.
4.
Indentifikasi
terhadap anak didik
Pendidik dapat mengenali berbagai karakeristik
seperti: tingkat kemampuan berfikir anak didik, minat dan bakat anak
didik, dll. Pendidik akan mengetahui kepentingan anak didik dan memahami
pentingnya menjaga anak didik.
5.
Tanggung
jawab pendidikan
Pendidik harus sudah memiliki
kelebihan baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai ,norma dsb
karena anak didik merupakan orang yang belum mandiri dan belum mampu
bertanggung jawab, sehingga masih tergantung pada orang dewasa.
C.
Pengaruh
kewibawaan pendidik terhadap peserta didik
Dalam
semua kewibawaan terdapat identifikasi sebagai dasar dalam pelaksanaannya maupun
penerimaannya. Dalam hal ini jika seorang pendidik menjalankan kewibawaan pendidikan
maka ia seakan terdidik oleh dirinya sendiri dan anak didik yang menerimanya pada waktu bersamaan
pun seakan mendidik dirinya sendiri. Sehingga, seorang pendidik perlu memiliki kewibawaan
agar mampu menciptakan dan memberikan panutan kepada peserta didik untuk mencapai
kedewasaannya.
Untuk
memberikan suatu pengaruh kepada anak didiknya, seorang pendidik perlu memiliki
sebuah kewibawaan. Selain itu, kewibawaan seorang pendidik untuk memberikan pengaruh
kepada peserta didik perlu memperhatikan faktor-faktor berikut:
1. Kemampuan
anak didik dalam menyadari “diri/aku” dan memahami bahasa;
2. Kepercayaan
anak didik kepada pendidik;
3. Identifikasi;
4. Imitasi
dan simpati;
5. Kebebasan
anak untuk menentukan sikap, perbuatan dan masa depannya.
Kewibawaan
pendidik dapat memiliki 2 pengaruh, baik pengaruh positif maupun pengaruh
negative terhadap peserta didik.
Adapun
pengaruh positif kewibawaan pendidik terhadap peserta didik:
1. Pendidikakan
dihormati dan diteladani oleh peserta didik.
2. Dapat
mempengaruhi peserta didik untuk patuh terhadap peraturan secara sadar dan sukarela.
3. Dapat
membentuk kepribadian yang baik dan santun bagi peserta didik.
Sedangkan
pengaruh negative kewibawaan pendidik terhadap peserta didik yaitu:
1. Mematikan
potensi kepemimpinan peserta didik.
2. Menurunkan
peraturan sistematik yang terus-menerus karena peran pendidik lebih dominan.
3. Membentuk
karakter peserta didik yang pemberontak, suka melanggar aturan dan melecehkan pendidik.
4. Peserta
didik mematuhi peraturan dikarenakan takut.
5. Pesertadidikakanmenjadipribadi
yang egois di lingkunganmasyarakat.
Mengenai
kewibawaan pendidik, kepercayaan anak didik kepada pendidik adalah suatu hal
yang berharga dan tidak boleh disiasiakan oleh pendidik. Munculnya pengaruh
negative kewibawaan pendidik terhadap peserta didik dapat dikarenakan terlalu berlebihannya
kewibawaan seorang pendidik, terlalu menunjukkan diri sebagai seorang pendidik
yang berwibawa, dan sebagainya.
Kewibawaan
peserta didik secara lebih detail dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
peserta didiknya, motivasi peserta didik, kedisiplinan, kepemimpinan,
prestasi/pencapaian peserta didik dan sebaginya.
0 comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar anda.
Komentar anda sangat dibutuhkan, untuk meningkatkan kualitas postingan kami .