Burrhus
Frederic Skinner (1904-1990) lahir di Susquehanna, Pennsylvania. Dia meraih
gelar master pada 1930 dan Ph.D pada 1931 dari Harvard University. Gelar B.A
diperoleh dari Hamilton College, New York, dan dia mengambil jurusan Bahasa
Inggris. Mulanya Skinner bercita – cita ingin menjadi seorang penulis, dan
keputusan ini membuat ayahnya kecewa. Namun, usahanya untuk menjadi seorang
penulis menemui banyak kegagalan, dan akhirnya dia memutuskan untuk menjadi
seorang psikiater.
Skinner
mengajar psikologi di University of Minnesota antara 1935 dan 1945, dan selama
masa ini dia menulis buku teksnya yang amat berpengaruh, the Behaviour of Organisms(1938). Saat berada di University of
Minnesota, Skinner berusaha mengaplikasikan teorinya untuk problem pertahanan
nasional. Dia melatih burung dara untuk mematuk sebuah cakram (disk) yang ada gambar film sasaran
musuh. Cakram dan film itu pada akhirnya dimasukkan kedalam pesawat terbang
layang yang dimuati bahan peledak. Pesawat itu disebut pelican, dan karenanya nama artikel yang mendeskripsikan kejadian
ini adalah “Pigeons in a Pelican”(1960).
Patukan
burung merpati itu akan memutus berbagai sirkuit elektronik dan karenanya
membuat pesawat itu mengarah ke sasaran. Pesawat kamikaze versi Amerika ini tidak akan mengorbankan nyawa manusia di
pihak penyerang. Meskipun Skinner, mendemonstrasikannya kepada sekelompok
ilmuwan top di Amerika bahwa dia dan rekan – rekannya sudah membuat peralatan
yang kebal terhadap gangguan elektronik, mampu bereaksi terhadap berbagai macam
sasaran musuh, dan mudah dibuat, namun usaha proyeknya ditolak. Skinner menduga
bahwa idenya mungkin terlalu fantastik sehingga tidak bisa dipahami oleh komite
ilmuwan itu.
A. Behaviorisme
Radikal
Skinner
mengadopsi dan mengembangkan filsafat ilmiah yang dikenal sebagai radical behaviorism (behaviorisme
radikal). Orientasi ilmiah ini menolak bahasa ilmiah dan interpretasi ilmiah
yang mengacu pada mentalistic event
(kejadian mental). Teori belajar behavioristik menggunakan istilah – istilah
seperti dorongan, motivasi, dan, tujuan untuk menjelaskan aspek tertentu dari
perilaku manusia dan nonmanusia.
Skinner
menolak jenis istilah ini karena istilah itu merujuk pada pengalaman mental
yang bersifat pribadi. Menurutnya, hal ini akan menyebabkan psikologi kembali
kebentuk non ilmiah. Menurut Skinner, aspek yang dapat diamati dan dapat diukur
dari lingkungan, dari perilaku organisme, dan dari konsekuensi perilaku itulah
yang merupakan materi penting untuk penelitian ilmiah.
B. Perilaku
Responden dan Operan
Skinner
membedakan dua jenis perilaku yaitu respondent
behavior (perilaku responden) yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang
dikenali, dan operan behavior
(perilaku operan), yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenali tetapi
dilakukan sendiri oleh organisme. Contoh dari perilaku responden adalah semua
gerak refleks, contohnya menarik tangan ketika tertusuk jarum, menutup mata
ketika terkena cahaya yang menyilaukan, dan keluarnya air liur ketika ada
makanan.
Respon
ini disebut respon yang tidak terkondisikan karena respon ini ditimbulkan oleh
stimulus yang tidak terkondisikan. Sedangkan pada perilaku operan yang pada
awalnya tidak berkorelasi dengan stimulus yang dikenali, maka responnya akan
tampak spontan. Contohnya adalah ketika hendak bersiul, berdiri lalu berjalan,
lalu seorang anak yang meninggalkan suatu permainan dan berlaih ke permainan
selanjutnya. Kebanyakan aktivitas kita merupakan perilaku operan. Berbeda
dengan perilaku responden, yang bergantung pada stimulus yang mendahuluinya,
perilaku operan dikontrol oleh konsekuensinya.
C. Pengkondisian
Tipe S dan Tipe R
Bersama
dengan dua macam perilaku tersebut, ada dua jenis pengkondisian. Pengkondisian
tipe S juga dinamakan respondent
conditioning (pengkondisian responden) dan identik dengan pengkondisian
klasik. Pengkondisian tipe S lebih menekankan arti penting stimulus dalam
menimbulkan respon yang diinginkan. Tipe kondisi yang menyangkut perilaku
operan dinamakan tipe R karena penekanannya adalah pada respon.
Pengkondisian
ini dinamakan operant conditioning
(pengkondisian operan). Pengkondisian tipe R, kekuatan pengkondisiannya
ditunjukkan dengan tingkat respon (respon
rate), sedangkan dalam pengkondisian tipe S kekuatan pengkondisiannya
biasanya ditentukan berdasarkan besaran (magnitude)
dari respon yang terkondisikan. Riset Skinner hampir semuanya berkaitan dengan
pengkondisian tipe R, atau pengkondisian operan.
D. Prinsip
Pengkondisian Operan
Ada
dua prinsip umum dalam pengkondisian tipe R: (1) setiap respons yang diikuti
dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang, (2) stimulus yang
menguatkan dengan segala sesuatu yang memperbesar rata – rata terjadinya respon
operan. Skinner mengatakan bahwa apakah sesuatu itu menguatkan atau tidak hanya
dapat dipastikan melalui efeknya terhadap perilaku. Dalam pengkondisian operan,
penekanannya adalah pada perilaku dan pada konsekuensinya. Dengan pengkondisian
operan, organisme pasti merespon dengan cara tertentu untuk memproduksi
stimulus yang menguatkan.
Prinsip
pengkondisian operan berlaku untuk berbagai macam situasi. Untuk memodifikasi
perilaku, seseorang cukup mencari sesuatu yang menguatkan bagi suatu organisme
yang perilakunya hendak dimodifikasi, menunggu sampai perilaku yang diinginkan
terjadi, dan kemudian segera memperkuat organisme itu. Prinsip yang sama juga
dianggap bisa diaplikasikan untuk pengembangan personalitas (kepribadian)
manusia. Menurut Skinner, diri kita adalah diri yang diperkuat pada satu saat
tertentu.
Dalam
usaha Skinner untuk memahami penyebab perilaku, dan untuk memprediksi dan
mengontrol perilaku, analogi antara pengkondisian operan dengan seleksi alam
adalah analogi yang penting. Jika seseorang mengontrol penguatan, maka ia juga
akan mengontrol perilaku. Menurut
Skinner, organisme bernyawa akan senantiasa dikondisikan oleh lingkungannya.
E. Kotak
Skinner
Sebagian
besar percobaan binatang Skinner awal dilakukan dalam ruang tes kecil yang
kemudian terkenal sebagai Skinner Box (kotak Skinner). Kotak ini adalah
pengembangan dari kotak teka – teki yang dipakai oleh Thorndike. Kotak Skinner
biasanya menggunakan lantai berkisi – kisi, cahaya, tuas/pengungkit, dan
cangkir makanan. Ketika hewan menekan tuas, mekanisme pemberi makan akan aktif,
dan secuil makanan akan jatuh ke cangkir makanan.
F. Pencatatan
Kumulatif
Skinner
menggunakan cumulative recording
(pencatatan kumulatif) untuk mencatat perilaku hewan dalam kotak Skinner.
Catatan kumulatif ini berbeda dengan cara penyusunan grafik data dalam
eksperimen belajar.waktu dicatat disumbu x dan total jumlah respon dicatat di
sumbu y. Pencatatan kumulatif tak pernah turun – garisnya naik atau tetap
sejajar dengan sumbu x.
G. Pengkondisian
Respons Penekanan Tuas
Langkah
– langkah pengkondisian respons penekanan tuas adalah sebagai berikut:
a. Deprivasi,
hewan diletakkan dalam jadwal deprivasi. Jika makanan akan dipakai sebagai
penguat (reinforcer), hewan itu tidak
diberi makan selam 23 jam selama beberapa hari sebelum percobaan, atau ia
diberi jatah makan 80 persen dari normal. Jika yang dipakai sebagai penguat
adalah air minum, maka hewan akan tidak diberi minum selama 23 jam sebelum
percobaan. Deprivasi adalah perangkat prosedur yang dihubungkan dengan
bagaimana suatu organisme melakukan tugas tertentu; hanya itu saja.
b. Magazine Training,
eksperimeter menggunakan tombol eksternal dan secara periodik menarik mekanisme
pemberian makanan (yang juga dinamakan magazine),
dan memastikan hewan itu tidak dekat – dekat dengan cangkir makanan saat
eksperimenter menekan tombol (sebab jika tidak hewan itu akan belajar untuk
tetap dekat – dekat dengan cangkir makanan). Ketika mekanisme pemberian makanan
itu diaktifkan dengan tombol eksternal itu, ia akan menghasilkan bunyi klik
yang cukup nhyaring sebelum potongan makanan jatuh ke cangkir makanan. Pelan
–pelan hewan itu akan mengasosiasikan suara klik dari magazine itu dengan adanya makanan. Pada saat itu suara klik
menjadi penguat sekunder lewat asosiasinya dengan penguatan primer (makanan).
c. Penekanan
tuas, sekarang hewan dibiarkan sendiri dikotak Skinner. Pada akhirnya hewan itu
akan menekan tuas, yang akan mengaktifkan magazine makanan, menimbulkan bunyi
klik dan memberi sinyal bagi hewan itu untuk mendekati cangkir makanan. Menurut
prinsip pengkondisian operan, respon penekanan tuas, setelah diperkuat, akan
cenderung diulang, dan saat ia diulang, respons itu diperkuat lagi, yang
meningkatkan probabilitas pengulangan respon penekanan tuas, dan demikian
seterusnya.
H. Pembentukan
Ada pendekatan lain untuk pengkondisian
operan yang disebut dengan shaping (pembentukan)
yang tidak membutuhkan waktu lama. Pembentukan terdiri dari dua komponen: differential reinforcement (penguatan
diferensial) yang berarti sebagian respons diperkuat dan sebagian lainnya
tidak, dan successive approximation (kedekatan
suksesif), yakni fakta bahwa hanya respons – respons yang semakin sama dengan
yang diinginkan oleh eksperimenterlah yang akan diperkuat. Dalam contoh kita,
hanya respon yang secara berurutan mendekati respons penekanan tuas itulah yang
akan diperkuat secara diferensial.
Belakang ini ditemukan bahwa dalam
situasi tertentu, kontingensi yang sudah ada sebelumnya atau bahkan kontingensi
aksidental antar kejadian di lingkungan dan respons hewan secara otomatis
membentuk perilaku. Fenomena ini dinamakan autoshaping.
I.
Pelenyapan
Seperti pengkondisian klasik, ketika
kita mencabut penguat dari situasi pengkondisian operan, kita berarti melakukan
extinction (pelenyapan). Kita akan
sedikit keliru jika kita mengatakan bahwa setelah pelenyapan ini tidak ada lagu
respons yang muncul; akan lebih tepat jika dikatakan bahwa setelah pelenyapan
ini, respons akan kembali kepada respons di mana penguatan belum diperkenalkan.
Tingkat
dasar ini, yang dinamakan operant level
(level operan), adalah frekuensi yang terjadi secara alamiah di dalam kehidupan
hewan itu sebelum dia diperkenalkan dengan penguatan. Ketika kita menghilangkan
penguatan dari percobaan, seperti dalam kasus pelenyapan, respons hewan akan
cenderung kembali ke level operan.
J.
Pemulihan Spontan
Setelah pelenyapan, apabila hewan
dikembalikan ke sarangnya selama periode waktu tertentu dan kemudian
dikembalikan ke situasi percobaan, ia sekali lagi akan mulai menekan tuas
dengan segera tanpa perlu di latih lagi. Ini disebut sebagai spontaneous recovery (pemulihan
spontan).
K.
Perilaku Takhayul
Menurut prinsip pengkondisian
operan, kita dapat memperkirakan bahwa perilaku yang dilakukan hewan ketika
mekanisme pemberi makan diaktifkan akan diperkuat, dan hewan akan cenderung
mengulangi perilaku yang diperkuat itu. Setelah beberapa saat, perilaku yang
diperkuat akan muncul lagi saat mekanisme pemberi makan aktif lagi, dan
responsnya akan semakin kuat. Jadi hewan bisa mengembangkan respons ritualistik
yang aneh; ia mungkin menyerudukkan kepalanya, atau berputar – putar, berdiri
dengan kaki belakang, atau melakukan sederetan tindakan lain yang pernah
dilakukannya ketika mekanisme pemberian makan mendadak aktif, perilaku ritualistik
ini disebut sebagai takhayul (superstitious)
karena hewan itu sepertinya percaya bahwa apa yang dilakukannya akan
menyebabkan datangnya makanan. Karena penguat dalam situasi ini tidak
bergantung pada perilaku hewan, maka ia dinamakan noncontingent reinforcement (penguatan nonkontingen).
L.
Operan Diskriminatif
Setelah kita mengkondisikan hewan
untuk menekan tuas, kita dapat membuat situasi menjadi lebih kompleks. Kita
bisa mengatur sedemikian rupa sehingga hewan akan menerima secuil makanan
apabila cahaya lampu di kotak Skinner menyala tetapi ia tidak mendapat makanan
jika cahaya padam. Dalam kondisi ini, cahaya kita sebut sebagai SD,
atau discriminative stimulus
(stimulus diskriminatif). Cahaya yang menyala mendefinisikan kondisi SD,
sedangkan cahaya yang padam mendefinisikan situasi S∆
(
= delta).
Dengan tatanan seperti ini, hewan
belajar menekan tuas saat cahaya menyala dan tidak menekan saat cahaya padam.
Cahaya, karenanya menjadi sinyal (petunjuk) untuk respons penekanan – tuas.
Kita telah mengembangkan discriminatif operant (operan diskriminatif), yang
merupakan respons operan yang diberikan untuk satu situasi tetapi tidak untuk
situasi lainnya. Dalam kasus operan diskriminatif, cahaya menjadi sinyal atau
pertanda yang diasosiasikan dengan respons tertentu yang telah dipelajari
organisme yang akan diikuti dengan penguatan. Jadi operan diskriminatif
melibatkan suatu sinyal yang menimbulkan respons yang pada gilirannya
menimbulkan penguatan.
M.
Penguatan Sekunder
Setiap stimulus netral yang dipasangkan
dengan penguat utama (misalnya makanan atau air) akan memiliki properti
tersendiri; ini adalah prinsip penguatan sekunder. Jadi setiap SD pasti
merupakan penguat sekunder karena ia secara konsisten mendahului penguat
primer. Keller dan Schoenfeld (1950) memberikan ringkasan penguatan sekunder
ini sebagai berikut :
a. Sebuah
stimulus yang kadang terjadi atau mengiringi sebuah penguatan akan mendapatkan
karakteristik sebagai penguat tersendiri dan bisa disebut dengan penguatan
terkondisikan sekunder. Penguatan sekunder bisa hilang jika berkali – kali
diaplikasikan ke sebuah respons yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh
penguatan utama.
b. Penguatan
sekunder adalah positif apabila penguatan yang berkorelasi dengannya adalah
positif,dan negatif jika penguatan yang berkorelasi dengannya negatif.
c. Setelah
terbentuk, penguatan sekunder adalah independen dan nonspesifik; ia bukan hanya
memperkuat respons yang sama yang menghasilkan penguatan awal, tetapi ia juga
akan mengondisikan respons yang baru dan tak terkait dengan respons sebelumnya.
Lebih jauh, ia juga akan berfungsi seperti itu bahkan ketika ada motif yang
berbeda.
d. Melalui
generalisasi, banyak stimuli yang berkorelasi dengan penguatan akan mendapatkan
nilai penguatan sendiri- positif atau negatif. (h. 260).
N.
Penguat yang Digeneralisasikan
Suatu generalized reinforcer (penguat yang digeneralisasikan) adalah
penguat sekunder yang dipasangkan dengan lebih dari satu penguat utama.
Keuntungannya adalah ia tidak bergantung pada kondisi deprivasi agar bisa
efektif. Allport (1961) berpendapat bahwa meskipun suatu aktivitas pernah
dilakukan karena aktivitas itu menimbulkan penguatan, setelah beberapa waktu
aktivitas itu sendiri menjadi penguat. Dengan kata lain, aktivitas itu menjadi
independen dari penguat yang dahulu menjadi dasarnya. Misalnya seseorang
mungkin pernah bergabung dengan saudagar kapal untuk mendapatkan nafkah, tetapi
kemudian ia dia selalu berlayar karena menikmati pelayaran walaupun
palayarannya itu tak lagi memberinya pendapatan uang.
Skinner
mengatakan bahwa aktivitas semacam itu pada akhirnya akan menghasilkan
penguatan utama atau sebaliknya mungkin ia akan lenyap. Tetapi, Allport
mengatakan bahwa aktivitas itu tak lagi bergantung pada penguatan utama.
O.
Perantaian
Suatu respon dapat membawa organisme
berhubungan dengan stimuli yang bertindak sebagai SD untuk respons
lainnya, yang pada gilirannya akan menyebabkannya mengalami stimuli yang
menyebabkan respons ketiga, dan seterusnya. Proses ini disebut chaining (perantaian atau proses
berantai). Sebagian besar perilaku melibatkan beberapa bentuk perantaian. Misalnya,
tindakan menekan tuas dalam kotak Skinner bukan merupakan respons yang tunggal.
Stimuli dalam kotak Skinner bertindak sebagai SD menyebabkan hewan
selalu mendekati tuas.
Untuk menjelaskan terjadinya
perantaian dari sudut pandang Skinner, kita harus menggunakan konsep penguatan
sekunder dan pergeseran asosiatif. Karena asosiasinya dengan penguat primer,
kejadian sebelum pemberian makanan akan menjadi penguat sekunder. Jadi, tindak
melihat tuas itu sendiri akan menjadi penguat sekunder dan respons menatap tuas
itu akan diperkuat dengan adanya tuas.
P.
Penguat Positif dan Negatif
Untuk meringkaskan pandangan Skinner
tentang penguatan, pertama – tama kita punya primary positive reinforcement (penguatan positif primer). Ini
adalah sesuatu yang secara alamiah memperkuat bagi organisme dan berkaitan
dengan survival, seperti makanan dan
minuman. Setiap stimulus netral yang diasosiasikan dengan penguatan positif
primer akan menerima karakteristik penguatan sekunder. Sebuah penguat positif,
entah itu primer atau sekunder, adalah sesuatu yang, apabila ditambahkan ke
situasi oleh suatu respons tertentu, akan meningkatkan probabilitas terulangnya
respons tersebut.
Primary
negative reinforcer (penguat negatif primer) adalah sesuatu
yang membahayakan secara alamiah bagi organisme, seperti suara yang amat tinggi
atau setrum listrik. Sebuah penguat negatif, entah itu primer atau sekunder,
adalah sesuatu yang, jika dihilangkan dari situasi oleh respons tertentu, akan
meningkatkan probabilitas terulangnya respons tersebut.
Q.
Hukuman
Menurut Skinner
(1971), imbalan dan hukuman tidak berbeda hanya dalam arah yang ditimbulkannya.
Hukuman dirancang untuk menghilangkan terulangnya perilaku yang tidak
diinginkan dengan asumsi bahwa hukuman akan mengurangi pengulangan perilaku
yang sama oleh seseorang. Melalui percobaan nya, Skinner menyimpulkaan bahwa
non-penguatan (pelenyapan) sama efektifnya dengan melenyapkan kebiasaan dengan
non-penguatan plus hukuman.
Skinner
berargumen bahwa hukuman dalam jangka panjang tidak akan
efektif, karena sebenarnya hanya menghasilkan efek temporer sehingga ia menentangnya.
Adapun argument lain yang menentang hukuman ialah:
·
Hukuman
menyebabkan efek samping emosional yang buruk.
·
Hukuman
menunjukkan apa yang tidak boleh dilakukan, bukan apa yang seharusnya
dilakukan.
·
Hukuman
menjustifikasi tindakan menyakiti pihak lain.
·
Perilaku
yang dahulu menyebabkan hukuman kini dapat dilakukan lagi tanpa mendapat
hukuman lagi, sehingga merasa diperbolehkan untuk melakukan nya lagi.
·
Hukuman
akan menimbulkan agresi tehadap perilaku penghukum dan pihak lain.
·
Hukuman
sering mengganti respon dengan respon yang lainnya.
Dalam studi
terhadap 379 ibu yang mengasuh anak-anaknya dari lahir hingga taman kana-kanak
menarik kesimpulan bahawa penghukuman adalah cara yang tidak bagus dalam
mendidik anak. Banyak bukti yang ditemukan untuk kesimpulan ini dalam studi.
Evaluasi terhadap
hukuman yang dilakukan adalah bahwa dalam jangka waktu panjang, hukuman tidak
efektif untuk menghilangkan jenis perilaku yang menjadi saasaran hukuman. Kata
Skinner (1953), hukumaan dipakai secara luas karena hukuman akan memperkuat si
penghukum.
R.
Alternative untuk Hukuman
·
respon yang tak diinginkan dapat dibuat menjadi
menjemukan dengan cara membiarkan organism melakukannya sampai ia bosan.
·
Membiarkan waktu yang menentukan, namun akan terlalu
lama. Dan juga kebiasaan tidak akan mudah dilupakan.
·
Memperkuat perilaku yang tidak sesuai dengan perilaku
yang tak diharapkan.
·
Pelenyapan (extinction) karena cara terbaik untuk
melemahkan kebiasaan yang taak diinginkan adalah dengan mengabaikaannya.
S.
Perbandingan
Skinner dan Thorndike
Ada
beberapa perbedaan antara pengkondisian operan Skinner dengan pengkondisian
instrumental Thorndike, antara lain:
·
Lokasi
perilaku. Pada instrumental, jalan yang ruwet, jalan keluar, dan kotak
teka-teki. Pada operan yaitu ruang operan.
·
Metodologi.
Pada instrumental yaitu percobaan diskreet. Pada operan yaitu responding bebas.
·
Prosedur.
Pada instrumental, subyek ditempatkan dalam apparatus untuk memulai setiap
percobaan di satu sesi. Pada operan, subyek ditempatkan hnya untuk memulai satu
sesi.
·
Display.
Pada instrumental yaitu kurva belajar. Pada operan
yaaaitu catataan kumulatif.
·
Display
data. Pada instrumental yaitu kinerja percobaan daan percobaan. Pada operan
yaitu frekuensi kumulaatif terhadap waktu.
·
Sumber
data. Pada instrumental yaitu rata-rata kinerja kelompok subyek. Pada operan
yaitu kinerja asubyek individual.
T.
Jadwal
Penguatan
Ada
beberapa jadwal penguatan yang lazim dipakai menurut Skinner, antara lain
yaitu:
·
Continuous
Reinforcement Schedule (CRF) atau jadwal penguatan berkelanjutan, setiap respon
yang tepat selama akuisisi akan diperkuat.
·
Fixed
Interval Reinforcement Schedule (FI) atau jadwal penguatan interval tetap,
organisme akan diperkuat untuk satu respon yang dibuat hanya setelah sederet
interval waktu.
·
Fixed
Ratio Reinforcement Schedule (FR) atau jadwal penguatan rasio tetap, setiap
respon ke-n yang dilakukan organisme akan diperkuat.
·
Variabel
Interval Reinforcement Schedule (VI) atau jadwal penguatan interval variable,
organisme diperkuat setelah memberi respon pada akhir interval dari durasi
variable.
·
Variable
Ratio Reinforcement Schedule (VR) atau jadwal penguatan rasio variable,
organisme diperkuat setelah memberikan sejumlah respon.
·
Concurrent
Schedule (jadwal penguatan secara bersamaan) and the Matching Law (hukum
kesesuaian), jadwal penguatan secara bersamaan memberikan penguatan di bawah
jadwal yang berbeda pada saat yang bersamaan yang menimbulkan hukum kesesuaian
yang menytakan bahwa dalam jadwal bersamaan frekuensi relative dari pelaku akan
sesuai dengan frekuensi relative dari penguatan.
·
Concurrent
Chain Reinforcement Schedule atau jadwal penguatan rantai secara bersamaan,
perilaku organisme selama fase awal eksperimen akan menentukan jadwal penguatan
apa yang akan dialaminya selama fase kedua atau fase penghentian.
·
Progressive
Ratio Schedules (jadwal penguatan rasio progresif) and Behavioral Economics,
organisme percobaan memulai dengan jadwal rasio rendah dan rasio respon
terhadap penguatan secara sistematis ditingkatkan selama sesi training
selanjutnya. Bidang Behavioral Economics telah mengaplikasikan jadwal ini untuk
mendapatkan solusi bagi problem ini.
U.
Perilaku Verbal
Skinner percaya bahwa
perlaku verbal (bahasa) dapat dijelaskan
dalam konteks teori penguatan. Berbicara dan mendengar adalah respon-respon
yang sangat dipengaruhi oleh penguat, seperti halnya respon lain. Karenanya
setiap ucapan akan cenderung diulangi jika ia diperkuat. Skinner menggolongkan
respon verbal berdasarkan bagaimana mereka terkait dengan penguatan, yakni dari
segi yang mesti dilakukan agar respon ini diperkuat.
1.
Mand
Kata mand berasal dari fakta bahwa ada
permainan (demand). Ketika permintaan dipenuhi, ucapan (mand) diperkuat, dan
saat kebutuhan seseorang muncul lagi diwaktu yang lain, orang itu keungkinan
akan menghilangi mand tersebut.
2.
Tact
Secara umum, tact adalah penamaan objek
atau kejadian dilingkungan dengan tepat, dan penguatannya berasal dari
penguatan kesesuaian antara lingkungan dan perilaku verba seseorang.
3.
Echoic Behavior.
Adalah perilaku verbal yang diperkuat
saat perilaku verbal orang lain diulang secara verbatim (persis kata demi
kata). Ehoic Behavior merupakan persyaratan untuk perilaku verbal yang lebih
kompleks.
4.
Autoclitic Behavior
Menurut skinner (1957), “ istilah
autoclitic dimaksudkan untuk menunjukan perilaku yang didasarkan pada, atau
bergantung pada, perilaku verbal lain”. Fungsi utama autoclitic behavior adalah
mengkualifikasikan respon, mengekspresikan relasi, dan menyediakan kerangka
grematikal untuk perilaku verbal.
V. Kontrak
Kontingensi
Contingency
contracting (kontrak kontingensi) adalah perluasan
pemikiran skiner. Ringkasnya, ini berarti menyusun semacam tata-situasi dimana
seseorang mendapat sesuatu yang diinginkannya apabila apabila orang itu
bertindak dalam cara tertentu. Beberapa situasi bisa di tata sederhana dan
menakup perilaku sederhana, ketika guru berkata kepada murid, “jika kalian
tenang selama lima menit, kalian boleh istirahat dan bermain diluar”.
Istilah contingeny contracting berasal dari
fakta bahwa perjanjian (kontrak) itu dilakukan dalam rangka memperkuat
aktivitas tertentu, yang tidak akan bisa diperkuat tanpa perjanjian semacam
itu. Dengan kata lain, kontak itu menata ulang kontingensi penguatan
dilingkungan, dan memyebabkan menjadi responsif terhadap pola perilaku yang
ingin dimodifikasi dengan cara tertentu.
W. Sikap
Skinner terhadap Teori Belajar
Pendekatan Skinner
untul riset adalah dengan melakukan
functional analysis (analisis fungsional) antara kejadian perasaan (stimulus)
dengan perilaku yang dapat di ukur. Jadi, Skinner merekayasa jam-jam deprivasi
makanan dan minuman dengan mencatat efeknya terhadap tingkat respon penekanann
tuas; atau mengamati efek dari jadwal penguatan terhadap tingkat respon atau
resistensi terhadap proses pelayanan.
Dalam menginterpretasikan
hasil riset, Skinner selalu dekat-dekat dengan data; yakni, jika penguatan
parsila menghailkan resistensi yang lebih besar terhadap pelenyapan ketimbang
penguata 100 persen, maka itu adalah fakta da hanya inlah yang bisa dikatakan.
Dengan kata lian, Skinner tidak mencoba menjelaskan hal itu terjadi.
X. Kebutuhan
akan Teknologi Perilaku
Dalam artikel berjudul
“What Is Wrong With Daily Life in the Western World?”, Skinner (1986)
memperbaharui saran yang menggunakan teknologi perilaku guna memecahkan problem
manusia. Dalam artikel ini, Skinner berpendapat bahwa lima praktik kultur telah
mengikis kekuatan efek dari kontigensi penguatan. Praktik kultural itu adalah:
a. mengaliensasikan pekerja dari konsekuaensi
kerja mereka
b. membantu mereka yang sebenarnya bisa membantu
dirinya sendiri
c. membimbing perilku dengan aturan, bukan denga
memberi konsekuensi yang menguatkan
d. mempertahankan sanksi dari pemerintah dan
agama yang merugikan individu
e. memperkuat periaku menonton, mendengar,
membaca, berjudi, dan seterusnya, sebari memperkauat sedikit perilaku lainnya.
Menurut
Skinner banyak problem yang disebabkan oleh praktik kultural ini dapat
dipecahkan degan memperkuat perilaku yang diinginkan menggunakan prinsip yang
diambil dari analisis eksperimental terhadap perilaku.
2. Relativitas Penguatan
A. David Premack
Secara teradisional
penguat di anggap sebagai sebuah stimulus atau perangsang. Penguat rimer
biadasnya diabggap terkait dengan keerlangsungan organisme, dan penguat
sekunder adalah stimulus yang secara knsesten di pasangkan dengan penguat
primer. Tapi , menunjukan bahewa semue reson haru dianggap sebahai pemuat
potensial. Secara spesifik dia menunjukan bahwa setiap respon yang terjadi
debfab prekuensi yang cukup tinggi dapat dipakaui untuk memperkuat. Respon yang
terjadi dengna prekuensi yang relatif rendah.
Menurut Premak, cara
untuk mengetahui apa yang bisa dipakai sebaagai penguat adalah dengan menaati
perilaku organusme saat ia menlanjutkan aktivitas, dan aktivitas yag paling
sering dilakukan dapat dipakai sebagai penguat untuk aktiviasi yang sering
dilakukan
Ringkasnya, kita dapat
mengatakan jika suatu aktivitas terjadi lebih sering ketimbang
aktivitas-aktivitas lain maka aktivitas itu dapat digunakan sebagai penguat
untuk mamperkuat aktivitas yang kurang dilkukan. Ini dinamakan Fremack
Principle atau prinsip premak dan tampaknya rinsip ini juag berlauaku untuk
menusia.
B. Revisi Prinsip Premack
Pembelaan tradisional
saat Thorndike atau Skinner diserang adalah argumaen Meehl (1950). Menurut
argumen ini, sebuah penguat dalam satu situasi dapat ditunjukkan untuk
memodifikasi perilaku dalam situasi lain. Dikatakan bahwa sifat tradisional
dari penguat atau pemuas akan melindunginya dari klaim bahwa definisi nya
adalah sirkular. Salah satu temuan penting yang diambil dari riset Permack
bahwa argumen transituasional adalah tidak memadai atau bahkan keliru.
C. William
Timberlake
Pandangan Timberlake
memberi perspektif baru yang penting mengenai penguatan dan kontingensi
penguatan. Seperti Premack, riset Timberlake dengan jelas menunjukkan bahwa
argumen transtuasional tentang penguatan adalah tidak benar. Dari perspektif
ini, peran jadwal kontingensi adalah menghasilkan disekuilibrium, bukan
memberikan informasi yang menghubungkan respon dengan penguat atau memberikan
kontiguitas antara respon dan penguat. Dan terakhir, dari riset Timerlake kita
melihat bahwa devripasi makanan dan minuman saja tidak esensial untuk
menjadikan nya sebagai penguat. Tetapi, restriksi terhadap hal-hal itulah yang
menjadikannya sebagai penguat.
3.
Kesalahan
Perilaku Organisme
Thornndike menyimpulkan
bahwa hukum belajar yang sama berlaku untuk emua mamalia, termasuk manusia.
Skinner seperti teoritisi belajar lainnya, sepakat dengan kesimpuannya
thorndike.
Dua bekas rekan
Skinner, Marian Breland melakukan beberapa observasi, pasangan Breland (1961)
menyimpulkan setiap kali hewan memiliki perilaku naluriah yang kuat di area
respon yang dikondisikan, setelah beberapa waktu hewan akan terdorong kembali
ke perilaku naluriah dan karenanya perilaku yang dikondisikan melemah atau
bahkan menghilangkannya.
Pandangan
ini menentang tiga asumsi behavioris yakni :
·
Bahwa hewan mempelajari situasi sebagai
tabularasa (lembaran kosong)
·
Bahwa perbedaan diantara berbagai
spesies adalah tak penting
·
Bahwa setiap respon dapat dikondisikan
untuk setiap stimulus
4.
Pandangan
Skinner tentang Pendidikan
Menurut Skinner belajar akan berlangsung
apabila :
1.
Informasi yang akan dipelajari di
sajikan secara bertahap
2.
Pembelajar segera diberi umpan balik
atau feed back mengenai akurasi pembelajaran mereka
3.
Pembelajar mampu belajar degan caranya
sediri
Bagi Skinner motivasi hanya penting
untuk menentukan apa yang akan berindak sebagi penguat untuk murid tertentu.
Penguat sekunder dangat penting pula sebab biasa di pakai dikelas. Skinner
menekankan penggunaan penguat ekstrinsik dalam pendidikan. Dalam artikelnya, Skinner
menegaskan bahwa penggunaan instruksi yang terprogram bukan hanya membantu
siswa belajar tetapi juag meningkatkan rasa hormat terhadap guru.
5.
Warisan
Skinner : PSI, CBI, dan, Belajar Online
Teknik
pengajaran paling umum adalah pemberian ceramah pelajaran (perkuliahan) dan
teknik ini melanggar tiga prinsip yang diduskusikan diatas. Skinner mengusulkan
alternatif teknik pengajaran, yang dinamakan programmed learning (belajar terprogram), yang mencakup ketiga
prinsip tersebut. Alat yang diciptakan untuk menyajikan materi yang terprogram
dinamakan teaching machine (mesin
pengajaran).
Menurut
Skinner pada mesin ini ada beberapa hal yang bisa dibandingkan yaitu : (1) ada
hubungan timbal balik yang konstan antara program dan siswa, mesin ini memicu
aktivitas secara terus menerus. Siswa selalu siaga dan sibuk belajar. (2)
seperti tutor yang baik, mesin ini menegaskan bahwa satu poin tertentu mesti
dipahami secara menyeluruh, entah itu frame-per-frame
atau set-per-set, sebelum siswa
melangkah ke pelajaran selanjutnya. (3) seperti tutor yang baik, mesin
menyajikan materi yang dipelajari siswa. Mesin hanya meminta siswa mengambil
langkah – langkah yang pada saat itu sudah siap dijalankannya. (4) seperti
tutor yang ahli, mesin membantu siswa mendapatkan jawaban yang benar. (5)
mesin, seperti tutor privat, memperkuat siswa untuk setiap respons yang benar, menggunakan umpan balik langsung
ini bukan hanya untuk membentuk perilaku secara efisien tetapi juga
mempertahankan “perhatian siswa”.(p.971).
Belajar
terprogram adalah teknik yang lebih mungkin digunakan oleh guru yang
berorientasi behavioralistik ketimbangn guru yang berorientasi kognitif.
Belajar terprogram memuat prinsip dari teori penguatan, meskipun teknik ini
tidak diciptakan oleh teoretisi penguatan. Pendekatan Skinner untuk belajar
terprogram mengandung ciri – ciri yang berasal dari teori belajarnya:
1. Langkah – langkah kecil.
Pembelajar dihadapkan dengan sejumlah kecil informasi dan berjalan dari satu frame, atau satu unit informasi, ke frame selanjutnya secara tertib dan
urut. Inilah yang dimaksudkan dengan linear
program (program linear).
2. Respons yang jelas.
Overt responding (respon yang jelas)
adalah harus, sehingga jawaban siswa yang benar dapat diperkuat dan respons
yang salah dapat dikoreksi.
3. Umpan balik segera.
Segera sesudah memberi respons, siswa diberi tahu apakah respons mereka benar
atau tidak. Immediate feedback (umpan
balik segera) ini bertindak sebagai penguat jika jawabannya benar dan sebagai
tindakan korektif jika jawabannya salah.
4. Self pacing.
Siswa menempuh pelajaran terprogram sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya
sendiri.
Ada
sejumlah variasi dalam program diatas. Misalnya, beberapa siswa mungkin melompati
informasi yang sudah diketahuinya. Prosedur ini biasanya dengan memberi siswa
pra-tes untuk bagian tertentu dari program, dan jika mereka bisa mengerjakannya
dengan memuaskan, maka mereka diperintahkan untuk melangkah ke bagian
selanjutnya. Jenis lain dari pemrograman adalah dengan mengizinkan siswa untuk
“menambah” informasi lain, berdasarkan kinerja mereka.
1.
Sistem Instruksi Personal
Pendekatan
yang disebut Personalized Systems of Instruction (PSI) pada mulanya dinamakan
Keller Plan yang diambil dari nama Fred Keller (1899-1996), yang mengembangkan
metode ini (Keller, 1968; Keller & Sherman, 1974). Seperti belajar
terprogram, metode PSI mengindividualisasikan dan memberikan umpan balik yang
sering dan cepat mengenai kinerja siswa. Memberikan pelajaran individual
biasanya menggunakan empat langkah, yang dapat diringkaskan sebagai berikut :
1. Menentukan
materi yang akan diajarkan.
2. Membagi
materi menjadi segmen – segmen tersendiri.
3. Menciptakan
metode evaluai sejauh mana siswa telah menguasai materi dalam segmen tertentu.
4. Mengizinkan
siswa melangkah dari satu segmen ke segmen lainnya sesuai kemampuan mereka.
Penekanan
dalam pengajaran (PSI) adalah pada penguasaan materi segmen yang diajarkan,
biasanya ditunjukkan dengan kinerja pada ujian ringkas dan terfokus. Instruktur
dapat meminta siswa menguasai materi secara menyeluruh sebelum berpindah ke
segmen lain.
2. Instruksi
Berbasis Komputer
Ketika
komputer dipakai untuk menyajikan pengajaran terprogram atau jenis materi
pelajaran lainnya, proses ini dinamakan computer-based
instruction (CBI) (pengajaran berbasis komputer) yang juga terkadang
dinamakan instruksi berbantuan komputer. Komputer bukan hanya dapat digunakan
untuk menyajikan materi instruksional, tetapi juga bisa untuk mengevaluasi
seberapa baikkah materi telah dipelajari. Setelah satu segmen program telah
diselesaikan, komputer dapat memberikan tes, menilainya, dan membandingkan
nilainya dengan nilai siswa lain yang menjalankan program yang sama.
Jadi,
komputer tidak hanya memberikan tanggapan langsung selama proses belajar,
tetapi juga memberi hasil tes secara langsung baik itu kepada siswa maupun
kepada guru. Berdasarkan prestasi murid ini, guru dapat menentukan seberapa
baikkah materi telah dikuasai dan melakukan apa pun yang diperlukan untuk
melakukan koreksi, sehingga CBI dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan
cara yang amat berbeda dengan metode tradisional.
CBI
memang sedikit canggih sehingga banyak orang yang kini percaya bahwa ia bisa
dipakai untuk mengajarkan apa pun dengan cara seperti yang dilakukan oleh guru
yang terbaik. Format pendidikan yang terkait dengan CBI adalah “kelas virtual”,
terkadang disebut sebagai on-line
education (pendidikan online). Berkat teknologi komputer yang makin
canggih, modem, dan internet, kini siswa bisa duduk di depan komputer yang
jaraknya ribuan mil dari sumber informasi untuk melakukan interaksi, melalui keyboard komputer, dengan instruktur
atau dengan materi.
6.
Evaluasi
Teori Skinner
A. Kontribusi
Program
riset Skinner yang panjang dan produktif jelas amat berpengaruh terhadap
psikologi ilmiah murni maupun terapan. Dibandingkan dengan banyak karya periset
lainnya, sistem Skinner cukup langsung dan dapat dengan mudah diaplikasikan ke
berbagai problem mulai dari pelatihan hewan sampai terapi modifikasi perilaku
manusia. Pada satu titik ekstrem, karyanya menimbulkan hukum kesesuaian dan
berdampak tak langsung pada riset terhadap pembuatan keputusan behavioral.
Skinner menggunakan pendekatan ideografis di mana satu objek eksperimen diamati
selama periode waktu yang panjang.
Pendekatan
ini, bersama dengan penggunaan pencatatan kumulatif, memberikan alternatif
untuk metode riset yang dominan di bidang ini dan ia mencetuskan pendirian
jurnal khusus, Journal of Experimental
Analysis of Behavior. Metode tersebut memungkinkan dilakukannya studi
detail dan analisis terhadap jadwal penguatan dan menghasilkan sejumlah hukum
behavioral baru.
B. Kritik
Staddon
(1995), bekas mahasiswa dari Richard Herrnstein berpendapat bahwa keyakinan
Skinner bahwa hukuman itu tak efektif dan bahwa, manusia tidak punya kehendak
bebas, mereka tidak bisa dituntut bertanggung jawab atas perilakunya, Staddon
berpendapat bahwa keyakinan Skinner ini menyebabkan praktik pengasuhan (parenting) dan legal yang keliru dan
cacat, yang pada gilirannya menyebabkan naiknya angka kejahatan, tindakan
melanggar hukum, dan iliterasi. Meskipun metode ideografis yang dikembangkan
oleh Skinner memungkinkan pengkajian perilaku operan individu secara detail, adalah
sulit untuk membandingkan hasil dari prosedur ini dengan hasil yang diperoleh
dari laboratorium dengan menggunakan metode nomotetik.
Kritik kedua diarahkan pada keengganan Skinner
untuk menyusun teori, sedangkan fungsi utama teori adalah menjelaskan data dan
fenomena yang ada. Dalam konteks posisi Skinerian, ada perbedaan besar antara
mendeskripsikan suatu fenomena dengan usaha untuk menjelaskan fenomena itu.
Sistem Skinner tidak menimbulkan kemajuan, tetapi sistem itu merupakan kemajuan
yang dicirikan oleh akumulasi fenomena behavioral, bukan berasal dari pemahaman
yang mendalam tentang belajar dan motivasi.